Halaman

Halaman

Terjemah Al Hikam

  Terjemah Al Hikam

Terjemah Al Hikam
Nama kitab: Terjemah kitab Hikam
Judul kitab asal: متن الحكم العطائية
Penulis: Ibnu Athaillah Al-Iskandari (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)
Nama lengkap: Tajuddin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim Ibnu Athaillah Al-Sikandari
Nama lengkap dalam bahasa Arab: تاج الدين أبو الفضل أحمد بن محمد بن عبد الكريم بن عبد الرحمن بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن الحسين بن عطاء الله الجذامي
Lahir: 1260 M / 658 H
Asal: Iskandariyah, Mesir
Wafat: di Kairo, Mesir, 1309 M / 709 Hijriah
Bidang studi: Tasawuf

Al-Hikam Dan Terjemahannya


1. مِنْ عَلامَةِ الاعْتِمادِ عَلى العَمَلِ *** نُقْصانُ الرَّجاءِ عِنْدَ وُجودِ الزَّللِ.

Salah satu tanda bergantungnya seseorang kepada amalnya adalah kurangnya raja’ (harapan terhadap rahmat Allah) tetkala ia mengalami kegagalan (dosa)

2. إرادَتُكَ التَّ6جْريدَ مَعَ إقامَةِ اللهِ إيّاكَ في الأسْبابِ مِنَ الشَّهْوَةِ الخَفيَّةِ، وإرادَتُكَ الأَسْبابَ مَعَ إقامَةِ اللهِ إيّاكَ فِي التَّجْريدِ انْحِطاطٌ عَنِ الهِمَّةِ العَلِيَّةِ.

“Keinginanmu untuk tajrid (meninggalkan keinginan duniawi, termasuk mencari rezeki) padahal Allah telah menetapkan engkau pada asbab (usaha, diman allah telah membekali manusia dengan sarana penghidupan), adalah termasuk dalam bisikan syahwat yang samar. Sebaliknya, keinginanmu untuk melakukan asbab padahal Allah telah menempatkanmu pada kedudukan tajrid, adalah suatu kemerosotan dari himmah (tekad spiritual) yang luhur.”

3. سَوَابِقُ الهِمَمِ لا تَخْرِقُ أَسْوارَ الأَقْدارِ.

Himmah yang kokoh takkan mampu menembus dinding takdir

4. أَرِحْ نَفْسَكَ مِنَ التَّدْبيرِ. فَما قامَ بِهِ غَيرُكَ عَنْكَ لا تَقُمْ بهِ لِنَفْسِكَ.

Istirahatkanlah dirimu dari melakukan tadbir (mengatur urusan duniawi) dengan susah payah. Karena, sesuatu yang telah diurus untukmu oleh selain dirimu (sudah diurus oleh Allah), tidak perlu engkau turut mengurusnya

5. اجْتِهادُكَ فيما ضُمِنَ لَكَ وَتَقصيرُكَ فيما طُلِبَ مِنْكَ دَليلٌ عَلى انْطِماسِ البَصيرَةِ مِنْكَ

Kesungguhamnu mengejar apa yang sudah dijamin untukmu (oleh Allah) dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dibebankan kepadamu, itu merupakan tanda butanya bashirah (mata batin)

6. لا يَكُنْ تأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلْحاحِ في الدُّعاءِ مُوْجِباً لِيأْسِكَ. فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ الإِجابةَ فيما يَخْتارُهُ لَكَ لا فيما تَخْتارُهُ لِنَفْسِكَ. وَفي الوَقْتِ الَّذي يُريدُ لا فِي الوَقْتِ الَّذي تُرْيدُ.

Terlambat datangnya pemberian (Allah), meski sudah dimohonkan berulang-ulang, janganlah buatmu patah harapan. Karena dia telah menjamin untuk mengabulkan permintaanmu sesuai dengan apa yang Dia pilihkan untukmu, bukan menurut keinginan engkau sendiri. Juga dalam waktu yang Dia kehendaki, bukan pada waktu yang engkau inginkan

7. لا يُشَكّكَنَّكَ في الوَعْدِ عَدَمُ وُقوعِ المَوْعودِ، وإنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ؛ لِئَلّا يَكونَ ذلِكَ قَدْحاً في بَصيرَتِكَ وإخْماداً لِنُوْرِ سَريرَتِكَ.

Tidak terlaksananya suatu yang dijanjikan oleh Allah, janganlah sampai membuatmu ragu terhadap jajni Allah itu. Ini agar tidak mengaburkan bashirah-mu (pandangan mata batin) dan memadamkan nur (cahaya) hatimu

8. إذا فَتَحَ لَكَ وِجْهَةً مِنَ التَّعَرُّفِ فَلا تُبْالِ مَعَها إنْ قَلَّ عَمَلُكَ. فإِنّهُ ما فَتَحَها لَكَ إلا وَهُوَ يُريدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِليْكَ؛ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ والأَعْمالَ أَنْتَ مُهديها إلَيهِ. وَأَينَ ما تُهْديه إلَيهَ مِمَّا هُوُ مُوِرُدهُ عَلَيْكَ ؟!

Apabila Allah telah membukakan salah satu jalan makrifat (mengenal Allah) bagimu, maka jangan hiraukan mengapa itu terjadi, walaupun amalmu masih sangat sedikik. Allah membukakan pintu itu bagimu hanyalah karena Dia ingin memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah engkau mengerti, bahwa makrifat itu merupakan anugrah-Nya kepadamu, Sedang engkau mempersembahkan amal-amalmu kepada-Nya.? Maka apalah arti apa yang engkau persembahkan kepada-Nya itu dengan apa yang dianugrahkan oleh Allah kepadamu

9. تَنَوَّعَتْ أَجْناسُ الأَعْمالِ لَتَنَوُّعِ وارِداتِ الأَحْوالِ

Amal itu beragam, lantaran beragamnya keadaan yang menyelinap kedalam hati (jiwa).

10. الأَعْمالُ صُوَرٌ قَائَمةٌ، وَأَرْواحُها وُجودُ سِرِّ الإِخْلاصِ فِيها.

Amal itu merupakan kerangka yang tetap (mati, tidak bergerak), dan ruhnya ialah keikhlasan yang ada (melekat padanya).

11. ادْفِنْ وُجودَكَ في أَرْضِ الخُمولِ، فَما نَبَتَ مِمّا لَمْ يُدْفَنْ لا يَتِمُّ نِتاجُهُ.

Tanamlah wujudmu dalam bumi yang tersembunyi (agar tidak dikenali orang), karena sesuatu yang tumbuh dari benih yang tidak ditanam, maka buahnya tidak akan sempurna.

12. ما نَفَعَ القَلْبَ شَيء مِثْلُ عُزْلةٍ يَدْخُلُ بِها مَيْدانَ فِكْرَةٍ.

Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi kalbu sebagaimana uzlah, karena dengan memasuki uzlah (perenungan) pikiran kita jadi luas

13. كَيْفَ يُشْرِقُ قَلْبٌ؛ صُوَرُ الأَكْوانِ مُنْطَبِعَةٌ في مِرْآتهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَرْحَلُ إلى اللهِ وَهُوَ مُكَبَّلٌ بِشَهْواتِهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَطمَعُ أنْ يَدْخُلَ حَضْرَةَ اللهِ وَهُوَ لَمْ يَتَطَهَرْ مِنْ جَنْابِةِ غَفْلاتِهِ؟ أَمْ كَيْفَ يَرْجو أَنْ يَفْهَمَ دَقائِقَ الأَسْرارِ وَهُوَ لَمْ يَتُبْ مِنْ هَفْواتِهِ؟!

bagaimana hati dapat bersinar, sementara gambar-gambar duniawi tetap terlukis dalam cermin hati itu? Atau, bagaimana hati dapat berangkat menuju Allah, karena masih terbelenggu oleh syahwatnya? Atau, bagaimana mungkin seseorang akan antusias menghadap kehadirat Allah, pabila hatinya belum suci dari “junub” kelalaiannya? Atau bagaimana mungkin seorang hamba bisa memahami kedalaman berbagai rahasia, sementara ia belum bertaubat dari kesalahannya?

14. الكونُ كلُّهُ ظُلْمةٌ وإِنَّما أَنارَهُ ظُهورُ الحقِّ فيهِ. فَمَنْ رَأى الكَوْنَ وَلَمْ يَشْهَدْهُ فيهِ أَوْ عِنْدَهُ أَوْ قَبْلَهُ أَوْ بَعْدَه فَقَدْ أَعْوَزَهُ وُجودُ الأَنْوارِ. وَحُجِبَتْ عَنْهُ شُموسُ المَعارِفِ بِسُحُبِ الآثارِ.

Alam ini serba gelap, ia menjadi terang hanyalah karena menifestasi (zhahir) Allah di dalamnya. Siapa melihat alam, namun tidak menyaksikan Allah di dalam atau bersamanya, sebelum atau sesudahnya, maka ia sangat memerlukan cahaya, dan surya makrifat terhalang baginya oleh awan benda-benda alam

15. مِمّا يَدُلُّكَ عَلَى وُجُودِ قَهْرِهِ سُبْحانَهُ أَنْ حَجَبَكَ عَنْهُ بِما لَيْسَ بِمَوْجودٍ مَعَهُ.

Diantara bukti yang memperlihatkan adanya kekuasaan Allah yang maha suci adalah, bahwa Dia menghalangimu dari melihat-Nya dengan tabir yang tidak wujud di sisi-Sya

16. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي أَظْهَرَ كُلَّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu dapat menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang menampakan segala sesuatu?

.17 كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ بِكُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, apabila Dia-lah yang tampak ada pada segala sesuatu?

18. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ في كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang terlihat dalam segala sesuatu

.كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ لِكُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, padahal Doa-lah yang maha tampak atas segala sesuatu?

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الظّاهِرُ قَبْلَ وُجودِ كُلِّ شَيءٍ!

Lalu Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, ada sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sedangkan Dia-lah Yang Mahaada sebelum adanya segala sesuatu?

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَظْهَرُ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana pula bisa dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sementara Dia (keberadaannya) lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu itu sendiri?

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الواحِدُ الَّذِي لَيْسَ مَعَهُ شَيءٌ!

Dan Bagaimana mungkin Dia akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Yang Mahaesa, yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apapun?

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?


Jangan Menunda Amal Baik


وكَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَلولاهُ ما كانَ وُجودُ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin Dia bisa dihalangi oleh sesuatu, sementara apabila tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu itu?

يا عَجَباً كَيْفَ يَظْهَرُ الوُجودُ في العَدَمِ! أَمْ كَيْفَ يَثْبُتُ الحادِثُ مَعَ مَنْ لَهُ وَصْفُ القِدَمِ!

Alangkah mengherankan, bagaimana mungkin keberadaan sesuatu yang ‘pasti ada’ (Allah) bisa terhalang oleh sesuatu yang (sebelumnya) ‘tidak ada’ (yaitu makhluk)? Bagaimana mungkin pula sesuatu yang baru (al-hadits, yaitu makhluk) dapat bersama dengan Zat yang memiliki sifat Qidam (tidak berpermulaan)?

17. ما تَرَكَ مِنَ الجَهْلِ شَيْئاً مَنْ أَرادَ أَنْ يَحْدُثَ في الوَقْتِ غَيْرُ ما أَظْهَرَهُ اللهُ فيِهِ.

Sangatlah jahil orang yang menginginkan terjadinya suatu di luar waktu yang dikehendaki oleh Allah

18. إِحالَتُكَ الأَعْمالَ عَلَى وٌجودِ الفَراغِ مِنْ رُعُوناتِ النَفْسِ.

Menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan jiwa

19. لا تَطْلُبْ مِنْهُ أَن يُخْرِجَكَ مِنْ حالةٍ لِيَسْتَعْمِلَكَ فيما سِواها. فَلَوْ أَرادَ لاسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ إِخْراجٍ.

Jangan meminta kepada Allah supaya Dia menguruskanmu dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, maka tentulah Dia akan memasukanmu tanpa mengeluarkanmu dari keadaan yang sebelumnya

20. ما أَرادَتْ هِمَّةُ سالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ ما كُشِفَ لَها إلا وَنادَتْهُ هَواتِفُ الحَقيقةِ: الَّذي تَطْلُبُ أَمامَكَ. وَلا تَبَرَّجَتْ ظَواهِرُ المُكَوَّناتِ إلا وَنادَتْهُ حَقائِقُها: (إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ(

Himmah (hasrat) seorang salik takkan berhenti ketika tersingkap baginya tirai rohani, melainkan suara-suara hakikat (hawaatif al-haqiiqah) akan berseru padanya ‘apa yang engkau cari masih di depanmu!’ Tidak perlu terlihat keindahan alam, melainkan hakikatnya akan menyeru padamu, Kami hanyalah batu ujian (fitnah), maka janganlah engkau kafir

21. طَلَبُكَ مِنهُ اتِّهامٌ لَهُ. وَطَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ. وَطَلَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيائِكَ مِنْهُ. وَطَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجودِ بُعْدِكَ عَنْهُ.

Permintaanmu pada-Nya berarti suatu tuduhan terhadap-Nya. Permintaanmu bagi-Nya (agar Allah mendekatkan dirimu) menunjukan engkau jauh dari-Nya. Engkau meminta kepada selain-Nya, berarti engkau tidak punya rasa malu kepada-Nya. Dan engkau meminta dari selain-Nya, disebabkan karena engkau jauh dari-Nya

22. ما مِنْ نَفَسٍ تُبْدْيهِ إلّا وَلَهُ قَدَرٌ فيكَ يُمْضيهِ.

Tiada suatu nafas berhembus darimu, kecuali disitu takdir Allah berlaku padamu

23. لا تَتَرقَّبْ فُروغَ الأَغْيارِ، فإنَّ ذلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجودِ المُراقَبَةِ لَهُ فيما هُوَ مُقيمُكَ فيهِ.

Jangan menunggu hingga selesai semua gangguan makhluk, sebab yang demikian itu akan menghalangimu dari muraqabah (mawas diri) kepada-Nya. Padahal Dia menempatkanmu di sana

24. لا تَسْتَغْرِبْ وُقوعَ الأَكْدارِ ما دُمْتَ في هذهِ الدّارِ. فإنَّها ما أَبْرَزَتْ إلّا ما هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِها وَواجِبُ نَعْتِها.

Jangan engkau merasa heran atas terjadinya kesulitan selama engkau berada di dunia ini, sebab memang begitulah yang patut terjadi dan yang menjadi karakter asli dunia

25. ما تَوَقَّفَ مَطْلَبٌ أنْتَ طالِبُهُ بِرَبِّكَ. وَلا تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طالِبُهُ بِنَفْسِكَ.

Permintaan tidak akan tertahan, selama engkau memohon (hanya) kepada Allah. Namun, permintaan tidak akan mudah, apabila engkau bergantung pada dirimu sendiri.

26. مِنْ عَلاماتِ النُّجْحِ في النِّهاياتِ، الرُّجوعُ إلى اللهِ في البِداياتِ.

Diantara keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan

27. مَنْ أَشْرَقَتْ بِدايَتُهُ أَشْرَقَتْ نِهايَتُهُ.

Barangsiapa yang cemerlang pada permulaan, akan cemerlang pula pada kesudahan

28. ما اسْتُوْدِعَ في غَيْبِ السَّرائِرِ، ظَهَرَ في شَهادةِ الظَّواهِرِ.

Apa yang tersimpan dalam kegaiban hati, akan teraktualisasikan (termanifestasi) di dunia nyata

29. شَتَّانَ بَينَ مَنْ يَسْتَدِلُّ بِهِ أَوْ يَسْتَدِلُّ عَلَيِهِ. المُسْتَدِلُّ بِهِ عَرَفَ الحَقَّ لأَهْلِهِ، فأَثْبَتَ الأَمْرَ مِنْ وُجودِ أَصْلِهِ. وَالاسْتِدْلالُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الوُصولِ إليَهِ. وَإلّا فَمَتى غابَ حَتّى يُسْتَدَلَّ عَلَيْهِ؟! وَمَتى بَعُدَ حَتّى تَكونَ الآثارُ هِيَ الَّتي تُوْصِلُ إلَيْهِ؟!

Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa ‘adanya Allah menunjukan adanya alam’, dengan orang yang berdalil bahwa ‘adanya alam menunjukkan adanya Allah’. orang yang berdalil dengan adanya Allah menunjukkan adanya alam’ itu mengerti betul bahwa kebenaran adalah bagi sang pemilik, sehingga ia menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada asalnya (Allah). sedangkan orang yang berdalil adanya alam menunjukkan adanya Allah’ adalah karena ia tidak sampai kepada-Nya. Kapan Allah gaib sehingga diperlukan bukti untuk mengetahui keberadaan-Nya.? Dan bilakah Dia itu jauh, sehingga benda-benda alamlah yang mengantar kita kepada-Nya.

30. لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ): الواصِلونَ إلَيْهِ. (مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ): السّائِرونَ إلَيْهِ.

Orang yang mempunyai keluasaan harta hendaklah berderma menurut kemampuannya. Ini ditunjukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah. dan bagi siapa yang masih sempit rizkinya, maka hendaknya ia mendermakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Ini ditujukan kepada mereka yang tengah menuju Allah

31. اهْتَدى الرّاحِلونَ إلَيْهِ بِأَنْوارِ التَّوَجُّهِ، وَالواصِلونَ لَهُمْ أنْوارُ المُواجَهَةِ. فَالأوَّلونَ لِلأنْوارِ، وَهؤلاءِ الأنْوارُ لَهُمْ، لأنَّهُمْ للهِ لا لِشَيءٍ دونَهُ. (قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ(

Orang-orang yang tengah bejalan menuju Allah mendapat petunjuk dengan cahaya tawajjuh (konsentrasi menghadap Allah). sedangkan orang-orang yang telah sampai kepada Allah mempunyai anwaar al-muwajjahah (cahaya yang didapatkan dari berhadapan dengan-Nya). Kelompok pertama (yang tengah berjalan menuju Allah) adalah milik cahaya (membutuhkan cahaya agar sampai pada tujuan). Sedangkan kelompok kedua (yang telah sampai pada Allah), adalah yang memiliki cahaya, sebab mereka itu milik Allah, bukan milik sesuatu selain-Nya. Katakanlah: Allah-lah (yang menurunkannya), kemudaian sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka) biarkan mereka bermain-main dalam kesesatan mereka. (al-an’am : 91)

32. - تَشَوُّفُكَ إلى ما بَطَنَ فيكَ مِنَ العُيوبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إلى ما حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الغُيوبِ.

Usahamu untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada berusaha menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu

33. الحَقُّ لَيْسَ بِمَحْجوبٍ، وإنَّما المَحْجوبُ أَنْتَ عَنِ النَّظَرِ إلَيْهِ. إذْ لَوْ حَجَبَهُ شَيءٌ لَسَتَرَهُ ما حَجَبَهُ، وَلَوْ كانَ لَهُ ساتِرٌ لَكانَ لِوُجودِهِ حاصِراً، وَكُلُّ حاصِرٍ لِشَيءٍ فَهَوَ لَهُ قاهِرٌ، (وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ(

Al-Hak (Allah) tidak terhijab, tapi engkaulah yang terhalang dari melihat-Nya. Sekiranya Allah terhijab oleh sesuatu, maka sesuatu itu berarti telah menutupi-Ny. Dan bila ada tutup bagi-Nya, maka tentu wujud-Nya akan terkurung oleh sesuatu tersebut. Dan sesuatu yang mengurung tentu menguasai yang dikurung, padahal Allah Mahakuasa atas semua hamba-Nya.

Menjauhi Maksiat


34. اخْرُجْ مِنْ أوْصافِ بَشَرِيَّتِكَ عَنْ كُلِّ وَصْفٍ مُناقِضٍ لِعُبوديَّتِكَ لِتَكونَ لِنِداءِ الحَقِّ مُجيباً، ومِنْ حَضْرَتِهِ قَريباً.

Keluarlah dari sifat-sifat kemanusiaanmu, setiap sifat yang menyalahi ubudiyah-mu (penghambaan), supaya mudah bagimu menyambut panggilan Al-Haq (Allah) dan mendekat kehadirat-Nya.

35. أَصْلُ كُلِّ مَعْصِيَةٍ وَغَفْلَةٍ وَشَهْوةٍ؛ الرِّضا عَنِ النَّفْسِ. وَأَصْلُ كُلِّ طاعَةٍ وَيَقَظَةٍ وَعِفَّةٍ؛ عَدَمُ الرِّضا مِنْكَ عَنْها. وَلَئِنْ تَصْحَبَ جاهِلاً لا يَرْضى عَنْ نَفْسِهِ خَيرٌ لَكَ مِنْ أَنْ تَصْحَبَ عالِماً يَرْضى عَنْ نَفْسِهِ. فأَيُّ عِلْمٍ لِعالِمٍ يَرْضى عَنْ نَفْسِهِ! وَأَيُّ جَهْلٍ لِجاهِلٍ لا يَرْضى عَنْ نَفْسِهِ!

Panggal segala maksiat, kelalaian dan syahwat adalah ridha terhadap nafsu. Dan pangkal dari segala ketaatan, kewaspadaan dan kesucian adalah engkau tidak ridha terhadap hawa nafsu. Bersahabat dengan orang jahil yang tidak memperturutkan hawa nafsunya lebih baik bagimu daripada bersahabat dengan orang alim yang tunduk pada hawa nafsunya. Ilmu macam apa yang disandang si alim yang tunduk pada hawa nafsunya itu? Sebaliknya, kejahilan apa yang dapat disandangkan pada orang jahil yang tidak memperturutkan hawa nafsunya?

36. شُعاعُ البَصيَرةِ يُشْهِدُكَ قُرْبَهُ مِنْكَ. وَعَيْنُ البَصيرَةِ تُشْهِدُكَ عَدَمَكَ لِوُجودِهِ. وَحَقُّ البَصيرَةِ يُشْهِدُكَ وُجودَهُ، لا عَدَمَكَ وَلا وُجودَكَ.

Syu’aa’ul bashirah (sinar mata batin) memperlihatkan padamu kedekatan-Nya darimu. ‘Ainul bashiirah (penyaksian mata batin) membuatmu menyaksikan ketiadaanmu karena wujud-Nya. Dan haqqul bashirah (mata batin yang hakiki) membuatmu menyaksikan wujud-Nya, bukan ketiadaanmu ataupun wujudmu.

37. كانَ اللهُ وَلا شَيْءَ مَعَهُ، وَهُوَ الآنَ عَلَى ما عَلَيْهِ كانَ.

Allah ada, dan tidak ada sesuatu pun beserta-Nya. Dan kini Dia tetap sebagaimana ada-Nya semula

38. لا تَتَعَدَّ نِيَّةُ هِمَّتِكَ إلى غَيْرِهِ؛ فَالْكَريمُ لا تَتَخَطّاهُ الآمالُ.

Janganlah cita-citamu tertuju kepada selain Allah, karena harapan seseorang tidak akan dapat melampaui Al-karim (yang maha pemurah)

39. لا تَرْفَعَنَّ إلى غَيْرِهِ حاجَةً هُوَ مُوْرِدُها عَلَيْكَ. فَكَيْفَ يَرْفَعُ غَيْرُهُ ما كانَ هُوَ لَهُ واضِعاً! مَنْ لا يَسْتَطيعُ أَنْ يَرْفَعَ حاجَةً عَنْ نَفْسِهِ فَكَيْفَ يَسْتَطيعُ أنْ يَكونَ لَها عَنْ غَيْرِهِ رافِعاً.

Jangan meminta sesuatu hajat kepada selain Allah, karena Dia-lah yang menurunkan hajat itu kepadamu. Bagaimana mungkin selain Dia mampu mengangkat segala apa yang telah diletakkan oleh-Nya? Dan bagaimana mungkin orang yang tidak mampu membebaskan dirinya dari suatu hajat dapat membebaskan orang lain dari sebuah hajat?

40. إنْ لَمْ تُحْسِنْ ظَنَّكَ بِهِ لأَجْلِ حُسْنِ وَصْفِهِ، فَحَسِّنْ ظنَّكَ بِهِ لِوُجودِ مُعامَلَتِهِ مَعَكَ. فَهَلْ عَوَّدَكَ إلّا حَسَناً! وَهَلْ أَسْدى إلَيْكَ إلّا مِنَناً؟!

Apabila engkau belum sanggup berbaik sangka kepada Allah lantaran kesempurnaan sifat-sifat Nya, maka berbaik sangkalah karena pertemanan-Nya bersamamu. Bukankah Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah Dia senantiasa memberimu segala kenikmatan?

41. العَجَبُ كُلُّ العَجَبِ مِمَّنْ يَهْرُبُ مِمَّنْ لا انْفِكاكَ لَهُ عَنْهُ، وَيَطْلُبُ ما لا بَقاءَ لَهُ مَعَهُ. (فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ(

Sungguh mengherankan, orang yang lari dari sesuatu yang ia tidak bisa terlepas dari-Nya, dan justru mencari apa yang tidak kekal baginya. Sesungguhnya bukan mata kepala yang buta, tapi mata hati yang berada di dalam dada.

42. لا تَرْحَلْ مِنْ كَوْنٍ إلى كَوْنٍ فَتَكونَ كَحِمارِ الرَّحى؛ يَسيرُ وَالمَكانُ الَّذي ارْتَحَلَ إلَيْهِ هُوَ الَّذي ارْتَحَلَ عَنْهُ. وَلكِنِ ارْحَلْ مِنْ الأَكْوان إلى المُكَوِّنِ، (وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى). وَانْظُرْ إلى قَوْلِهِ - صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - “فَمَنْ كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسولِهِ فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسولِهِ، وَمَنْ كانَتْ هِجْرَتُهُ إلى دُنْيا يُصيبُها أو امْرأةٍ يَتَزَوَّجُها فَهِجْرَتُهُ إلى ما هاجَرَ إلَيْهِ”. فافْهَمْ قَوْلَهُ - عَلَيْهِ الصَّلاةُ وَالسَّلامُ - وَتَأمَّلْ هذا الأمْرَ إنْ كُنْتَ ذا فَهْمٍ .. والسَّلامُ.

Janganlah engkau berpindah dari satu alam ke alam yang lain, karena itu akan membuatmu seperti keledai yang mengitari penggilingan. Keledai itu berjalan menuju ke satu tempat yang ternyata adalah tempat semua ia beranjak. Akan tetapi, pergilah dari alam menuju Sang Mahapencipta alam. “Dan kepada rabbmulah puncak segala tujuan” An-najm :42

43. لا تَصْحَبْ مَنْ لا يُنْهِضُكَ حالُهُ وَلا يَدُلُّكَ عَلَى اللهِ مَقالُهُ.

Janganlah engkau bersahabat dengan orang yang keadaannya tidak membangkitkan semangatmu, dan pembicaraannya tidak membimbing ke jalan Allah

44. رُبَّما كُنْتَ مُسيئاً فَأَراكَ الإحْسانَ مِنْكَ، صُحْبَتُكَ مَنْ هُوَ أَسوأ حالاً مِنَكَ.

Boleh jadi engkau berbuat buruk, tapi tampak olehmu sebagai kebaikan lantaran engkau bersahabat dengan orang yang tingkah lakunya lebih buruk darimu

45. ما قَلَّ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبِ زاهِدٍ، وَلا كَثُرَ عَمَلٌ بَرَزَ مِنْ قَلْبِ راغِبٍ

Amal yang berasal dari hati yang zuhud tidak dapat dianggap sedikit, dan amal yang berasal dari hati yang penuh dengan ketamakan tidak dapat dianggap banyak

46. حُسْنُ الأَعْمالِ نَتائِجُ حُسْنِ الأَحْوالِ، وَحُسْنُ الأَحْوالِ مِنَ التَّحَقُّقِ في مَقاماتِ الإِنْزالِ.

Baiknya amal merupakan hasil dari baiknya ahwal (keadaan spiritual). Sedangkan baiknya ahwal muncul setelah menggapai tahap kemapanan spiritual (maqam-maqam)

47. لا تَتْرُكِ الذِّكْرَ لِعَدَمِ حُضورِكَ مَعَ اللهِ فيهِ، لِأَنَّ غَفْلَتَكَ عَنْ وُجودِ ذِكْرهِ أَشَدُّ مِنْ غَفْلتِكَ في وُجودِ ذِكْرِهِ. فَعَسى أَنْ يَرْفَعَكَ مِنْ ذِكْرٍ مَعَ وُجودِ غَفْلةٍ إلى ذِكْرٍ مَعَ وُجودِ يَقَظَةٍ، وَمِنْ ذِكِرٍ مَعَ وُجودِ يَقَظَةٍ إلى ذِكِرٍ مَعَ وُجودِ حُضورٍ، وَمِنْ ذِكِرٍ مَعَ وُجودِ حُضورٍ إلى ذِكِرٍ مَعَ وُجودِ غَيْبَةٍ عَمّا سِوَى المَذْكورِ، (وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ(

Jangan tinggalkan zikir lantaran hatimu tidak bisa berkonsentrasi kepada Allah saat berzikir. Sebab, kelalaianmu kepada Allah ketika tidak berzikir lebih buruk daripada kelalaianmu saat berzikir. Semoga Allah berkenan mengangkat derajatmu dari zikir yang penuh kelalaian menuju zikir yang penuh kesadaran (ingat kepada Allah); dan dari zikir yang penuh dengan kesadaran menuju zikir yang disemangati oleh kehadiran-Nya. Juga dari zikir yang disemangati oleh kehadiran-Nya menuju zikir yang meniadakan segala sesuatu selain-Nya. Dan yang demikian itu bagi Allah bukanlah merupakan sesuatu yang sulit.

48. مِنْ عَلاماتِ مَوْتِ القَلْبِ عَدَمُ الحُزْنِ عَلَى ما فاتَكَ مِنَ المُوافَقاتِ. وتَرْكُ النَّدَمِ عَلَى ما فَعَلْتَهُ مِنْ وُجودِ الزَّلّاتِ.

Diantara tanda matinya hati adalah tidak ada perasaan sedih bila terlewatkan kesempatan beramal, dan tidak adanya penyesalan atas bermacam pelanggarang yang engkau telah lakukan

49. لا يَعْظُمِ الذَنْبُ عِنْدَكَ عَظَمَةً تَصُدُّكَ عَنْ حُسْنِ الظَّنِّ باللهِ تَعالى، فإنَّ مَنْ عَرَفَ رَبَّهُ اسْتَصْغَرَ في جَنْبِ كَرَمِهِ ذَنْبَهُ.

Janganlah suatu dosa terlihat begitu besar bagimu, hingga merintangimu dari berprasangka baik kepada Allah. sesungguhnya siapa yang mengenal Rabbnya pasti akan menganggap dosanya tidak seberapa dibandingkan dengan kemurahan-Nya

50. لا صَغيرَةَ إِذا قابَلَكَ عَدْلُهُ. وَلا كَبيرَةَ إِذا واجَهَكَ فَضْلُهُ.

Tidak ada dosa kecil apabila dihadapkan pada keadialan-Nya, dan tidak ada dosa besar apabila dihadapkan pada karunia-Nya.

   Cahaya Hati 

 51. لا عَمَلَ أَرْجى لِلْقُلوبِ مِنْ عَمَلٍ يَغيبُ عَنْكَ شُهودُهُ ويُحْتَقَرُ عِنْدَك وُجودُهُ.  Tidak ada amal yang lebih bisa diharapkan untuk diterima daripada amal yang tidak engkau sadari (perhitungkan) dan engkau pandang tidak berarti  52. إنَّما أَوْرَدَ عَلَيْكَ الوارِدَ لِتَكونَ بِهِ عَلَيْهِ وارِداً.  Seseungguhnya Allah memberimu Warid, agar kepada-Nya engkau mendekat  53. أَوْرَدَ عَلَيْكَ الوارِدَ لِيَتَسَلَّمَكَ مِنْ يَدِ الأَغْيارِ. وَلِيُحَرِّرَكَ مِنْ رِقِّ الآثارِ.  Allah memberimu Warid untuk menyelamatkanmu dari cengkraman dunia dan membebaskanmu dari diperbudak oleh makhluk apapun  54. أَوْرَدَ عَلَيْكَ الوارِدَ لِيُخْرِجَكَ مِنْ سِجْنِ وُجودِكَ إلى فَضاءِ شُهودِكَ.  Allah memberimu Warid untuk melepasmu dari penjara wujudmu ke alam syuhud (penyaksian)  55. الأنْوارُ مَطايا القُلوبِ وَالأَسْرارِ.  Cahaya adalah kendaraan hati dan rahasia hati (asrar)  56. النّورُ جُنْدُ القَلْبِ، كَما أَنَّ الظُلْمَةَ جُنْدُ النَفْسِ. فإذا أرادَ اللهُ أنْ يَنْصُرَ عَبْدَهُ أَمَدَّهُ بِجُنودِ الأَنْوارِ وَقَطَعَ عَنْهُ مَدَدَ الظُلَمِ وَالأَغْيارِ.  Cahaya adalah tentara qalbu sebagaimana kegelapan adalah tentara nafsu. Ketika Allah hendak menolong hamba-Nya, maka Dia membantunya dengan pasukan cahaya (anwar) dan memutus bantuan kegelapan serta kepalsuan  57. النّورُ لَهُ الكَشْفُ. وَالبَصيرَةُ لَها الحُكْمُ. وَالقَلْبُ لَهُ الإقْبالُ وَالإدْبارُ.  Tugas cahaya menyingkap tabir, tugas mata batin (bashirah) menetapkan hukum, sedangkan tugas qalbu menghadapi atau membelakangi  58. لا تُفْرِحْكَ الطّاعَةُ لأَنَّها بَرَزتْ مِنَكَ، وَافْرَحْ بِها لأَنَّها بَرَزتْ مِنَ اللهِ إلَيْكَ. {قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ{  Janganlah ketaatanmu kepada Allah membuatmu gembira lantaran engkau merasa mampu melaksanakannya. Akan tetapi, bergembiralah kepada-Nya lantaran ketaatan itu terjadi karena karuni Allah kepadamu. Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (yunus :58)  59. قَطَعَ السّائِرينَ لَهُ وَالواصِلينَ إلَيْهِ عَنْ رُؤْيةِ أَعْمالِهِمْ وَشُهودِ أحْوالِهِمْ. أمّا السّائِرونَ فَلِأنَّهُمْ لَمْ يَتَحَقَّقوا الصِّدْقَ مَعَ اللهِ فيها، وَأمّا الواصِلونَ فَلِأنَّهُ غَيَّبَهُمْ بِشُهودِهِ عَنْها.  Allah menghindarkan orang-orang yang menuju-Nya dan juga orang-orang yang telah sampai kepada-Nya dari melihat amal mereka dan menyaksikan (syuhud) hal ihwal mereka. Bagi orang-orang yang tengah dalam perjalanan menuju kepada-Nya, itu adalah karena mereka belum benar-benar ikhlas dalam amal mereka. Dan bagi orang-orang yang telah sampai kepada-Nya, adalah karena mereka sibuk menyaksikan-Nya hingga tak ada waktu untuk menengok ama-amal mereka.  60. ما بَسَقَتْ أَغْصانُ ذُلٍّ إلّا عَلى بِذْرِ طَمَعٍ.  Tidak tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan  61. ما قادَكَ شَيْءٌ مِثْلُ الوَهْمِ.  Tidak ada sesuatu yang menyeretmu seperti angan-angan  62. أنْتَ حُرٌ مِمّا أنْتَ عَنْهُ آيِسٌ. وَعَبْدٌ لِما أنْتَ لَهُ طامِعٌ.  Engkau merdeka dari segala yang engkau berlepas diri darinya, dan engkau adalah budak dari segala sesuatu yang engkau tamak terhadapnya  63. مَنْ لَمْ يُقْبِلْ عَلى اللهِ بِمُلاطَفاتِ الإحْسانِ قِيْدَ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الامْتِحانِ.  Siapa yang tidak mendekat kepada Allah dengan halusnya kebaikan yang Dia berikan, maka ia akan diseret (suapaya mendekat) dengan rantai cobaab  64. مَنْ لَمْ يَشْكُرِ النِّعَمَ فَقَدْ تَعَرَّضَ لِزَوالِها، وَمَنْ شَكَرَها فَقَدْ قَيَّدَها بِعِقالِها.  Siapa yang tidak mensyukuri nikmat, berarti ia membuat jalan bagi hilangnya nikmat itu, dan siapa yang mensyukurinya, maka berarti ia telah secara kuat mengikat nikmat tersebut  65. خَفْ مِنْ وُجودِ إحْسانِهِ إلَيْكَ وَدَوامِ إساءَتِكَ مَعَهُ أنْ يَكونَ ذلِكَ اسْتِدْراجاً لَكَ (سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لا يَعْلَمُونَ(  Takutlah akan karunia Allah yang selalu engkau proleh sementara engkau tetap bermaksiat kepada-Nya, sebab bisa jadi itu istidraj bagimu (lambat laun akan menghancurkanmu). Kami nanti akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah cara yang mereka tidak ketahui (al-qalam :44)  66. مِنْ جَهْلِ المُريدِ أنْ يُسيءَ الأَدَبَ فَتُؤَخَّرَ العُقوبةُ عَنْهُ، فَيَقولَ: لَوْ كَانَ هذا سُوءَ أدَبٍ لَقَطَعَ الإِمْدادَ وَأَوْجَبَ الإِبْعادَ. فَقَدْ يَقْطَعُ المَدَدَ عَنْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُ، وَلَوْ لَمْ يَكُنْ إلّا مَنْعُ المَزيدِ. وَقَدْ يُقامُ مَقامَ البُعْدَ وَهُوَ لا يَدْري، وَلَوْ لَمْ يَكُنْ إلّا أنْ يُخَلِّيَكَ وَما تُريدُ.  Di antara kejahilan para murid adalah, apabila ia beradab buruk (kepada-Nya) dan hukuman atasnya ditangguhka oleh-Nya, maka ia berkata: seandainya ini adalah keburukan, maka pasti diputuskan bantuan (Allah) dan bahkan dijauhkan. Padahal, bantuan itu boleh jadi sudah dihentikan tanpa ia sadari, sekalipun hanya berupa tidak adanya tambahan bantuan baru. Dan boleh jadi ia juga sudah dijauhkan tanpa ia mengerti, sekalipun hanya memberikan dirimu dan apa yang engkau inginkan (dari hawa nafsumu)  67. إذا رَأيْتَ عَبْداً أقامَهُ اللهُ تَعالى بِوجودِ الأوْرادِ، وَأَدامَهُ عَلَيْها مَعَ طولِ الإمْدادِ، فَلا تَسْتَحْقِرَنَّ ما مَنَحَهُ مَوْلاهُ لِأَنَّكَ لَمْ تَرَ عَلَيْهِ سِيما العارِفينَ وَلا بَهْجَةَ المُحِبّينَ؛ فَلَوْلا وارِدٌ ما كانَ وِرْدٌ.  Jika engkau melihat seorang hamba yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga Wiridnya, dan dilanggengkan-Nya dalam keadaan demikian, namun lama ia tak mendapatkan pertolongan-Nya, maka jangan engkau sampai meremehkan apa yang Allah telah berikan itu kepadanya, hanya karena engkau belum melihat tanda-tanda orang ‘arif ataupun cahaya indah seorang pencinta Allah pada diri hamba itu.  68. قَوْمٌ أَقامَهُمُ الحَقُّ لِخِدْمَتِهِ وَقَوْمٌ اخْتَصَّهُمْ بِمَحَبَّتِهِ (كُلّاً نُمِدُّ هَؤُلاءِ وَهَؤُلاءِ مِنْ عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُوراً(  Ada sebagian orang yang Allah jadikan berkhidmat kepada-Nya, dan sebagian lainnya Allah istimewakan dengan mencintai-Nya. Kepada masing-masing golongan, baik golongan ini maupun golongan itu, kami berikan bantuan ari kemurahan Rabbmu. Dan kemurahan Rabbmu tidak dapat dihalangi  69. قَلَّ ما تَكونُ الوارِداتُ الإلهيَّةُ إلّا بَغْتَةً، صِيانَةً لَها أَنْ يَدَّعِيَها العِبادُ بِوُجودِ الاسْتِعْدادِ.  Seringkali Arid (karunia) ilahiyah itu datang secara tiba-tiba, agar para hamba tidak mengklaim bahwa hal itu muncul karena adanya persiapan oleh mereka  70. مَنْ رَأيْتَهُ مُجيباً عَنْ كُلِّ ما سُئِلَ، وَمُعَبِّراً عَنْ كُلِّ ما شَهِدَ، وَذاكِراً كُلَّ ما عَلِمَ، فاسْتَدِلَّ بِذلِكَ عَلى وُجودِ جَهْلِهِ.  jika engkau lihat seseorang selalu menjawab segala apa yang ditanyakan kepadanya, mengungkapkan segala apa yang disaksikannya, dan menyebut segala apa yang diketahuinya, maak ketahuilah bahwa itu tanda-tanda kejahilan pada dirinya  71. إنَّما جَعَلَ الدّارَ الآخِرَةَ مَحَلّاً لِجَزاءِ عِبادِهِ المُؤْمِنينَ؛ لأَنَّ هَذِهِ الدّارَ لا تَسَعُ ما يُريدُ أنْ يُعْطِيَهُمْ. وَلِأَنَّهُ أَجَلَّ أَقْدارَهُمْ عَنْ أنْ يُجازِيَهُمْ في دارٍ لا بَقاءَ لَها.  Sesungguhnya Allah menjadikan negeri akhirat sebagai tempat untuk membalas para hamba-Nya yang beriman, karena negeri ini (dunia) tidak mampu menampung apa yang hendak Dia berikan kepada mereka, dan karena Allah hendak memuliakan mereka dengan tidak memberikan balasan di dunia yang tidak kekal.

   Tanda Amal yang Diterima


  72. مَنْ وَجَدَ ثَمَرَةَ عَمَلِهِ عاجِلاً فَهُوَ دَليلٌ عَلى وُجودِ القَبولِ آجلاً.  Siapa yang merasakan buah amalnya di dunia, maka itulah bukti diakhirat amalnya diterima  73. إذا أَرَدْتَ أنْ تَعْرِفَ قَدْرَكَ عِنْدَهُ فانْظُرْ في ماذا يُقيمَكَ.  Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi Allah, maka perhatikanlah di mana Dia menempatkanmu?  74. مَتى رَزَقَكَ الطّاعَةَ وَالغِنى بِهِ عَنْها فَاعْلَمْ أنَّهُ قَدْ أَسْبَغَ عَلَيْكَ نِعَمَهُ ظاهِرةً وَباطِنَةً.  Ketika Allah memberkatimu dengan taat (kepada-Nya) dan merasa cukup dengan-Nya, maka ketahuilah, bahwa dunia telah menyempurnakan nikmat-nikmat Nya kepadamu secara lahiriah maupun batiniyah  75. خيرُ ما تَطْلُبُهُ مِنْهُ ما هُوَ طالِبُهُ مِنْكَ.  Sebaik-baik permohonan yang engkau ajukan kepada Allah adalah apa yang dituntut Allah untuk engkau lakukan  76. الحُزْنُ عَلى فُقْدانِ الطّاعةِ مَعَ عَدَمِ النُّهوضِ إلَيْها مِنْ عَلاماتِ الاغْتِرارِ.  Merasa sedih karena merasa kehilangan kesempatan berbuat ketaatan, namun tidak bergerak untuk berbuat demikian, termasuk bahwa diri telah terperdaya  77. ما العارِفُ مَنْ إذا أَشارَ وَجَدَ الحَقَّ أَقرَبَ إلَيْهِ مِنْ إِشارَتِهِ. بَلِ العارِفُ مَنْ لا إِشارَةَ لَهُ، لِفَنائِهِ في وُجودِهِ وَانْطِوائِهِ في شُهودِهِ.  Orang arif bukanlah orang yang apabila menyampaikan isyarat lalu merasa Al-Haq (Allah) lebih dekat kepada dirinya daripada yang di isyaratkan. Akan tetapi, orang arif adalah orang yang tidak mempunyI isyarat karena kefanaannya dalam proses mencapai wujud-Nya dan kekhusukannya dalam penyaksian (syuhud) terhadap-Nya  78. الرَّجاءُ ما قارَنَهُ عَمَلٌ، وإلّا فَهُوَ أُمْنِيَةٌ  Harapan (raja’) harus disertai dengan amal, kalau tidak maka itu hanyalah lamunan.  79. مَطْلَبُ العارِفينَ مِنَ اللهِ تَعالى الصِّدْقُ في العُبودِيَّةِ وَالقِيامُ بِحُقوقِ الرُّبوبِيَّةِ.  Yang diminta seorang ‘arif kepada Allah adalah ketulusan dalam ubudiyah (penghambaan) dan pemenuhan hak-hak rububiyah-Nya (ketuhanan)  80. بَسَطَكَ كَيْ لا يُبْقِيَكَ مَعَ القَبْضِ، وَقَبَضَكَ كَيْ لا يَتْرُكَكَ مَعَ البَسْطِ، وَأَخرَجَكَ عَنْهُما كَيْ لا تَكونَ لِشَيْءٍ دونَهُ.  Allah melapangkan keadaanmu, agar engkau tidak selalu dalam kesempitan. Dan Allah menyempitkan keadaanmu, agar engkau tidak selalu dalam kelapangan. Dan Dia melepaskanmu dari keduanya, agar engkau tidak bergantung pada sesuatu selain-Nya  81. العارِفونَ إِذا بُسِطوا أَخْوَفُ مِنْهُمْ إِذا قُبِضُوا، وَلا يَقِفُ عَلى حُدودِ الأَدَبِ في البَسْطِ إلا قَليلٌ.  Orang ‘arif itu lebih khawatir saat berada dalam kondisi lapang, ketimbang saat dalam kondisi sempit. Sebab, hanya sedikit manusia yang tetap bertahan dalam batas-batas kesopanan, ketika berada dalam kondisi lapang  82. البَسْطُ تأخُذُ النَّفْسُ مِنْهُ حَظَّها بِوجودِ الفَرَحِ، وَالقَبْضُ لا حَظَّّ للنَّفْسِ فيِهِ.  Dikala lapang, nafsu bisa ngambil peranan melalui rasa gembira, sedangkan di kala sempit, nafsu tidak mampu berperan apa-apa  83. رُبَّما أَعْطاكَ فَمَنَعَكَ وَرُبَّما مَنَعَكَ فأَعْطاكَ.  Boleh jadi Allah memberimu, padahal itu menolakmu. Dan boleh jadi pula Dia menolakmu, padahal Dia memberimu  84. مَتى فَتَحَ لَكَ بابَ الفَهْمِ في المَنْعِ عادَ المَنْعُ عَيْنَ العَطاءِ.  Ketika Allah membukakan pintu perngertian bagimu tentang penolakan-Nya, maka penolakan itu pun berubah menjadi pemberian  85. الأَكْوانُ ظاهِرُها غِرَّةٌ وَباطِنُها عِبْرَةٌ. فَالنَّفْسُ تَنْظُرُ إلى ظاهِرِ غِرَّتِها، وَالقَلْبُ يَنْظُرُ إلى باطِنِ عِبْرَتِها.  Alam ini pada lahirnya merupakan tipuan, dan batiniyahnya adalah pelajaran. Nafsu memandang pada tipuan lahiriyahnya, sementara qolbu memandang kepada pelajaran yang tersimpan di dalamnya  86. إِنْ أَرَدْتَ أَنْ يَكونَ لَكَ عِزٌ لا يَفْنى، فَلا تَسْتَعِزَّنَّ بِعِزٍّ يَفْنى.  Jika engkau menginginkan kemuliaan yang abadi, maka jangan banggakan kemulaian yang fana  87. الطَّيُّ الحَقيقيُّ أَنْ تَطْويَ مَسافَةَ الدُّنْيا عَنكَ حَتى تَرى الآخِرَةَ أَقْرَبَ إِليْكَ مِنْكَ.  Perjalanan hakiki akan menjadi singkat manakala engkau lipat jarak dunia darimu, sehingga engkau dapat melihat akhirat lebih dekat kepadamu ketimbang dirimu sendiri  88. العَطاءُ مِنَ الخَلْقِ حِرْمانٌ. والمَنْعُ مِنَ اللهِ إِحسانٌ.  Pemberian dari makhluk adalah kerugian, penolakan pemberian oleh Allah adalah kebaikan  89. جَلَّ رَبُّنا أَنْ يُعامِلَهُ العَبْدُ نَقْداً فَيُجازِيَهُ نَسْيئَةً.  Maha agung Allah, yang apabila seorang hamba beramal karena-nya secara tunai, maka lalu dibalas-nya dengan tidak tunai (di akhirat)  90. كَفى مِنْ جَزائِهِ إيّاكَ عَلى الطّاعَةِ أَنْ رَضِيَكَ لَها أَهلاً.  Cukuplah Allah yang memberi pahala atas ketaatanmu, apabila Allah telah meridhaimu sebagai ahli ibadah  91. كَفى العامِلينَ جَزاءً ما هُوَ فَاتِحُهُ عَلى قُلوبِهم في طاعَتِهِ، وَما هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْهِمْ مِنْ وُجودِ مُؤانَسَتِهِ.  Cukuplah sebagai balasan Allah bagi orang-orang yang berasmal shaleh, apa yang dibukakan oleh Allah di hati mereka dalam nenaati-Nya, dan apa yang diberikan oleh-Nya berupa kepuasan berhubungan dengan-Nya  92. مَنْ عَبَدَه لِشَيْءٍ يَرْجوهُ مِنْهُ أَوْ لِيَدْفَعَ بِطاعَتِهِ وُرودَ العُقوبَةِ عَنْهُ، فَما قامَ بِحَقِّ أَوْصافِهِ.  Barangsiapa menyembah Allah demi sesuatu dari-Nya, atau agar ketaatannya itu bisa menolak hukuman dari-Nya, maka berarti ia belum memenuhi hak atas sifat-sifat-Nya  مَتى أعْطاكَ أَشْهَدَكَ بِرَّهُ، وَمَتى مَنَعَكَ أَشْهَدَكَ قَهْرَهُ. فَهُوَ في كُلِّ ذلِكَ مُتَعَرِّفٌ إلَيْكَ وَمُقْبِلٌ بِوُجودِ لُطْفِهِ عَلَيْكَ.  Manakala Allah memberimu anugrah, maka berarti Dia memperlihatkan belas kasih-Nya kepadamu, apabila Dia menahan pemberian untukmu, maka berarti Dia memperlihatkan kekuasaan-Nya kepadamu. Dan pada semua kondisi itu, Dia memperkenalkan diri kepadamu serta menghadapimu dengan kelembutan-Nya  إنَّما يُؤلِمُكَ المَنْعُ لِعَدَمِ فَهْمِكَ عَنِ اللهِ فيهِ.  Penolakan dari Allah terasa pedih bagimu hanya karena engkau tidak mengerti rahmat Allah dibalik penolakan itu  رُبَّما فَتَحَ لَكَ بابَ الطّاعَةِ وَما فَتَحَ لَكَ بابَ القَبولِ. وَرُبَّما قَضى عَلَيْكَ بِالذَّنْبِ فَكانَ سَبَبَاً في الوُصولِ.  Boleh jadi Allah membuka pintu ketaatan bagimu, akan tetapi tidak (belum) membuka pintu pengabulan (diterimanya ketaatan itu). Dan boleh jadi pula Allah menakdirkanmu berbuat dosa, akan tetapi ternyata dosa itu menjadi penyebab sampainya tujuan engkau kepada-Nya.  مَعْصِيَةٌ أَورَثَتْ ذُلاً وافْتِقاراً خَيرٌ مِنْ طاعَةٍ أوْرَثَتْ عِزّاً وَاسْتِكْباراً.  Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina dan rasa membutuhkan (penyesalan) jauh lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan rasa bangga dan kesombongan  نِعْمَتانِ ما خَرَجَ مَوْجودٌ عَنْهُما، وَلا بُدَّ لِكُلِّ مُكَوَّنٍ مِنْهُما: نِعْمَةُ الإيجادِ، وَنِعْمَةُ الإِمْدادِ.  Ada dua nikmat yang tidak satu pun makhluk terlepas darinya, dan setiap makhluk pasti tersentuh oleh keduanya, yaitu nikmat diciptakan dan nikmat yang menyusulnya (pemenuhan kebutuhan)  أَنْعَمَ عَلَيْكَ أوَّلاً بالإيجادِ وَثانِياً بِتَوالي الإمْدادِ.  Pertama-tama Allah memberimu nikmat penciptaan (ijad) dan yang kedua nikmat pemenuhan kebutuhan yang tidak pernah terputus (imdaad).

  Waktu Terbaik 

  فاقَتُكَ لكَ ذاتِيَّةٌ، وَوُرودُ الأسْبابِ مُذَكِّراتٌ لَكَ بِما يَخْفى عَلَيْكَ مِنْها، وَالفاقةُ الذّاتِيَّةُ لا تَرْفَعُها العَوارِضُ.  Merasa membutuhkan (Allah) adalah waktu aslimu (sebagai manusia). Sedangkan asbab adalah menjadi pengingatmu terhadap apa yang tersembunyi dalam waktu aslimu itu. Dan kebutuhan-kebutuhan mendasar (pada Allah) itu tidak bisa dicampakkan oleh sesuatu di luar nya  خَيْرُ أوْقاتِكَ وَقْتٌ تَشْهَدُ فيهِ وُجودَ فاقَتِكَ. وَتُرَدُّ فيهِ إلى وُجودِ ذِلَّتِكَ.  Sebaik-baik waktumu adalah saat-saat di mana engkau menyadari akan kebutuhanmu (kepada Allah), dan karenanya engkau pun kembali mengakui akan kerendahan dirimu (di hadapan-Nya)  مَتى أَوْحَشَكَ مِنْ خَلْقِهِ فَاعْلَمْ أَنَّهُ يُريدُ أَنْ يَفْتَحَ لَكَ بابَ الأُنْسِ بهِ.  Apabila Allah telah membuatmu merasa bosan dengan makhluk, maka ketahuilah, bahwa Dia hendak membukakan untukmu pintu keintiman dengan-Nya  مَتى أطْلَقَ لِسانَكَ بِالطَّلَبِ فَاعْلَمْ أنَّهُ يُريدُ أنْ يُعْطِيَكَ.  Ketika Allah mengendurkan (memudahkan) lidahmu untuk meminta (kepada-Nya), maka ketahuilah, bahwa Dia hendak memberimu  العارِفُ لا يَزولُ اضْطِرارُهُ، وَلا يَكونُ مَعَ غَيْرِ اللهِ قَرارُهُ.  Seorang ‘arif tak kunjung hilang kebutuhannya (kepada Allah), dan apabila dia bersandar kepada selain Allah, niscaya tidak akan pernah tenang.  أنارَ الظَّواهِرَ بِأنْوارِ آثارهِ، وَأنارَ السّّرائِرَ بِأنْوارِ أوْصافِهِ. لِأَجْلِ ذلِكَ أَفَلَتْ أنْوارُ الظَّواهِرِ، وَلَمْ تَأفلْ أنْوارُ القُلوبِ وَالسَّرائرِ وَلِذلِكَ قِيلَ: إنّ شَمْسَ النَّهارِ تَغْرُبُ بِاللَيـلِ وَشَمْسُ القُلوبِ لَيْسَتْ تَغيبُ  Allah menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk-Nya, dan menerangi rahasia hati dengan cahaya sifat-Nya. Karena itulah cahaya alam lahir terbenam, sementara cahaya hati dan rahasia hati tidak akan terbenam. Karena itu dikatakan: sesungguhnya matahari siang terbenam kala malam menjelang, namun matahari hati tidak akan pernah terbenam.  ليُخَفِّفْ أَلمَ البَلاءِ عَلَيْكَ عِلْمُكَ بِأَنَّهُ سُبْحانَهُ هُوَ المُبْلي لَكَ. فَالَّذي واجَهَتْكَ مِنْهُ الأقْدارُ هُوَ الَّذي عَوَّدَكَ حُسْنَ الاخْتِيارِ.  Agar pedihnya ujian terasa ringan, hendaklah engkau mengetahui bahwa Allah-lah yang tengah mengujimu. Dan karena yang menimpakan takdir-Nya kepadamu adalah Zat yang juga biasa memberimu sebaik-baik pilihan (dalam hidup)  مَنْ ظَنَّ انْفِكاكَ لُطْفِهِ عَنْ قَدَرِهِ فَذلِكَ لِقُصورِ نَظَرِهِ.  Barangsiapa mengira kelembutan Allah itu terlepas dari takdir-Nya, maka itu karena kedangkalan pandangannya  لا يُخافُ عَلَيْكَ أنْ تَلتَبِسَ الطَّريقُ عَلَيْكَ، وَإنَّما يُخافُ عَلَيْكَ مِنْ غَلَبَةِ الهَوى عَلَيْكَ.  Tidaklah dikhawatirkan bahwa berbagai jalan menuju Allah akan membingungkan. Namun yang dikhawatirkan adalah, kalau sampai hawa nafsu menguasaimu  سُبْحانَ مَنْ سَتَرَ سِرَّ الخُصوصِيَّةِ بِظُهورِ البَشَرِيَّةِ، وَظَهَرَ بِعَظَمَةِ الرُّبوبِيَّةِ في إظْهارِ العُبُودِيَّةِ.  Mahasuci Allah yang telah merahasiakan keistimewaan orang-orang pilihan (para wali) dengan menampakkan sifat-sifat manusia yang umum, dan yang telah menampakkan kebesaran akan sifat-sifat Rububiyah-Nya dengan menampakkan sifat-sifat penghambaan (ubudiyah) yang dilakukan mereka.  لا تُطالِبْ رَبَّكَ بِتَأَخُّرِ مَطْلَبِكَ وَلكِنْ طالِبْ نَفْسَكَ بِتَأَخُّرِ أَدَبِكَ.  Janganlah menuntut Rabbmu karena permohonanmu belum dikabulkan oleh-Nya. Akan tetapi, tuntutlah dirimu sendiri yang mungkin belum memenuhi syarat bagi suatu permohonan.  مَتى جَعَلَكَ في الظَّاهِرِ مُمْتَثِلاً لِأَمْرِهِ، وَرَزَقَكَ في الباطِنِ الاسْتِسْلامَ لِقَهْرِهِ، فَقَدْ أَعْظَمَ المِنَّةَ عَلَيْكَ.  Apabila Allah membuatmu tunduk kepada perintah-Nya secara lahiriyah, dan menyuruhmu menyerah kepada kekuasaan-Nya secara bathiniah, maka berarti Allah telah memberi karunia besar kepadamu  لَيْسَ كُلُّ مَنْ ثَبَتَ تَخْصيصُهُ كَمُلَ تَخْليصُهُ.  Tidak setiap orang yang memperoleh keistimewaan sepenuhnya terbebas (dari penyakit-penyakit jiwa)  لا يَسْتَحْقِرُ الوِرْدَ إلا جَهولٌ. الوارِدُ يُوْجَدُ في الدّارِ الآخِرَةِ، وَالوِرْدُ يَنطَوي بانْطِواءِ هذِهِ الدّارِ. وأَوْلى ما يُعْتَنى بِهِ: ما لا يُخْلَفُ وُجودُه. الوِرْدُ هُوَ طالِبُهُ مِنْكَ، وَالوارِدُ أنْتَ تَطْلُبُهُ مِنْهُ. وَأيْنَ ما هُوَ طالِبُهُ مِنْكَ مِمّا هُوَ مَطْلَبُكَ مِنْهُ؟!  Hanya orang bodoh yang menganggap rendah (menggampangkan) wirid. Warid (karunia Allah) akan berkelanjutan sampai di akhirat, sementara wirid akan habis seiring dengan lenyapnya dunia ini. Dan yang paling baik untuk ditekuni adalah sesuatu yang tidak dapat diganti wujudnya. Wirid adalah apa yang Allah minta darimu, sedangkan warid adalah apa yang engkau minta dari-Nya. Lalu, dimanakah letak apa yang Allah minta darimu dengan apa yang engkau minta dari-Nya?  وُرودُ الإمْدادِ بِحَسَبِ الاسْتِعْدادِ. وَشُروقُ الأنْوارِ عَلى حَسَبِ صَفاءِ الأسْرارِ.  Datangnya pertolongan Allah adalah sesuai dengan persiapan, sedangkan turunnya cahaya Allah adalah sesuai dengan kejernihan relung hati  الغافِلُ إذا أَصْبَحَ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ، وَالعاقِلُ يَنْظُرُ ماذا يَفْعَلُ اللهُ بِهِ.  Orang yang lalai, melalui harinya dengan memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sedangkan orang yang mau menggunakan akalnya, akan merenungkan apa yang dilakukan Allah terhadap dirinya.  إنَّما يَسْتَوْحَشُ العُبّادُ وَالزُّهّادُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ لِغَيْبَتِهِمْ عَنِ اللهِ في كُلِّ شَيْءٍ. فَلَوْ شَهِدوهُ في كُلِّ شَيْءٍ لَمْ يَسْتَوْحِشوا مِنْ شَيْءٍ .  Sesungguhnya yang merisaukan para ‘abad dan para zahid hanyalah karena mereka belum melihat Allah dalam segala sesuatu. Kalau mereka telah melihat-Nya dalam segala sesuatu, maka mereka tidak akan merasa risau dalam semua hal.  أَمَرَكَ في هذِهِ الدّارِ بِالنَّظَرِ في مُكَوَّناتِهِ، وَسَيَكْشِفْ لَكَ في تِلَكَ الدّارِ عَنْ كَمالِ ذاتِهِ.  Allah menyuruhmu di dunia ini untuk memperhatikan alam ciptaan-Nya, dan kelak di akhirat Dia akan memperlihatkan kepadamu akan kesempurnaan Zat-Nya  عَلِمَ مِنْكَ أنَّكَ لا تَصْبِرُ عَنْهُ فأَشهَدَكَ ما بَرَزَ مِنْهُ.  Allah tahu bahwa engkau tidak akan bersabar untuk melihat-Nya, maka Allah memperlihatkan kepadamu apa yang berasal dari-Nya  لمّا عَلِمَ الحَقُّ مِنْكَ وُجودَ المَلَلِ، لَوَّنَ لَكَ الطّاعاتِ. وًعَلِمَ ما فيكَ مِنْ وُجودِ الشَّرَهِ فَحَجَرَها عَلَيْكَ في بَعْضِ الأوْقاتِ، لِيَكونَ هَمُّكَ إقامَةَ الصَّلاةِ لا وُجودَ الصَّلاةِ، فَما كُلُّ مُصَلٍّ مُقيمٌ.  Karena Al-Hak (Allah) tahu bahwa engkau mudah merasa jenuh, maka Dia menciptakan beraneka wujud ketaatan (ibadah) bagimu. Allah tahu bahwa engkau pun memiliki sifat serakah. Maka Dia membatasinya (ketaatan) pada waktu-waktu tertentu, agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya perintah shalat. Karena, tidak semua orang yang melakukan shalat dapat menyempurnakan shalatnya.

.Manfaat Shalat

  الصَّلاةُ طُهْرَةٌ لِلْقُلوبِ مِنْ أَدْناسِ الذُّنوبِ، واسْتِفْتاحٌ لِبابِ الغُيوبِ.  Shalat merupakan penyucian hati dari kotoran dosa dan pembuka pintu kegaiban  الصَّلاةُ مَحَلُّ المُناجاةِ ومَعْدِنُ المُصافاةِ؛ تَتَّسِعُ فيها مَيادينُ الأسْرارِ، وَتُشْرِقُ فيها شَوارِقُ الأنْوارِ. عَلِمَ وُجودَ الضَّعْفِ مِنْكَ فَقَلَّلَ أعْدادَها. وَعَلِمَ احْتِياجَكَ إلى فَضْلِهِ فكَثَّرَ أَمدادها.  Shalat merupakan sarana bermunajat serta sumber penyucian hati. Di dalam shalat terbentang luas medan rahasia Allah, dan muncul darinya kalau cahaya-Nya. Allah tahu kelemahan dalam dirimu, maka Dia menyederhanakan jumlah shalatmu. Allah pun mengetahui kebutuhan pada anugrah-Nya, maka Dia melipatgandakan pahalanya (phala shalat).  مَتى طَلَبْتَ عِوَضاً عَلى عَمَلٍ، طولِبْتَ بِوجودِ الصِّدْقِ فيهِ. وَيكْفي المُريبَ وِجْدانُ السَّلامَةِ.  Apabila engkau menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal ibadah, maka pasti engkau pun akan dituntut untuk tulus dalam melakukannya. Dan bagi yang merasa belum sempurna, cukuplah apabila ia telah selamat dari tuntutan  لا تَطْلُبْ عِوَضاً عَلى عَمَلٍ لَسْتَ لَهُ فاعِلاً. يَكْفي مِنَ الجَزاءِ لَكَ عَلى العَمَلِ أنْ كانَ لَهُ قابِلاً.  Jangan menuntut balasan (imbalan) atas suatu amal yang pelakunya bukan dirimu sendiri. Cukuplah balasan Allah bagimu, apabia Dia meneria amalan itu  إذا أرادَ أن يُظْهِرَ فَضْلَهُ عَلَيْكَ خَلَقَ وَنَسَبَ إلَيْكَ.  Jika Allah hendak menunjukan karunia-Nya kepadamu, maka Dia menciptakan sesuatu amal itu menjadi amalmu  لا نِهايةَ لِمَذامِّكَ إنْ أَرْجَعَكَ إلَيْكَ، وَلا تَفْرُغُ مَدائِحُكَ إنْ أَظْهَرَ جُودَه عَلَيْكَ.  Tak ada batas akhir keburukan itu, jika Allah mengembalikanmu pada dirimu sendiri. Dan takan habis kebaikanmu, jika Allah memperlihatkan kemurahan-Nya kepadamu  كُنْ بِأوْصافِ رُبوبِيَّتِهِ مُتَعَلِّقاً وَبِأوْصافِ عُبودِيَّتِكَ مُتَحَقِّقاً.  Bergantunglah pada sifat-sifar Rububiyyah (ketuhanan) Allah, laksana sungguh-sungguh sifat-sifat penghambaanmu (ubudiyyah).  مَنَعَكَ أنْ تَدَّعِيَ ما لَيْسَ لَكَ مِمّا لِلْمَخْلوقينَ، أَفَيُبيحُ لَكَ أنْ تَدَّعِيَ وَصْفَهُ، وَهُوَ رَبُّ العالمينَ؟!  Allah melarangmu mengklaim apa yang menjadi milik makhluk lain, lalu apa mungkin Dia mengizinkanmu mengklaim sifat-sifat-Nya, padahal Dia Rabb semesta alam  كَيْفَ تُخْرَقُ لَكَ العَوائِدُ؟ وَأنْتَ لَمْ تَخْرِقْ مِنْ نَفْسِكَ العَوائِدَ.  Bagaimana keajaiban dapat disingkapkan bagimu, sementara engkau belum mengubah kebiasaan dirimu (yang buruk)  ما الشَّأْنُ وُجودُ الطَّلَبِ، إنَّما الشَّأْنُ أنْ تُرْزَقَ حُسْنَ الأَدَبِ.  Yang terpenting bukanlah adanya permintaan (doa) melainkan bahwa engkau dikarunia adab yang baik  ما طَلَبَ لكَ شَيْءٌ مِثْلُ الاضْطِرارِ، وَلا أَسْرَعَ بِالمَواهِبِ إلَيْكَ مِثْلُ الذِّلَّةِ والافْتِقارِ.  Tidak ada yang menyegerakan (terkabulnya doa) kecuali saat terdesak, dan tidak ada yang bisa mempercepat tibanya pemberian Allah kepadamu kecuali rasa rendah diri serta sikap membutuhkan  لَوْ أَنَّكَ لا تَصِلُ إليهِ إلّا بَعْدَ فَنَاءِ مَسَاويكَ وَمَحْوِ دَعاويكَ لَمْ تَصِلْ إلَيْهِ أَبَداً. وَلكِنْ إذا أرادَ أَنْ يُوصِلَكَ إلَيْهِ سَتَرَ وَصْفَكَ بِوَصْفِهِ، وَغَطّى نَعْتَكَ بِنَعْتِهِ، فَوَصَلَكَ إلَيْهِ بِما مِنْهُ إلَيْكَ لا بِما مِنْكَ إلَيْهِ.  Jika engkau tidak sampai kepada-Nya kecuali setelah lenyap semua keburukanmu dan sirna semua hasrat (dunia)mu, maka engkau selamanya tidak akan sampai kepada-Nya. Akan tetapi, jika Dia menghendakimu sampai kepada-Nya, maka dia akan menutupi sifatmu dengan sifat-Nya, watakmu dengan watak-Nya. Dia membuatmu sampai kepada-Nya dengan kebaikan yang diberikan-Nya kepadamu, bukan dengan kebaikan yang engkau berikan kepada-Nya.  لولا جَميلُ سَترِهِ لَمْ يَكُنْ عَمَلٌ أهْلاً لْلْقَبولِ.  Kalaulah bukan karena keindahan tutup-Nya, maka tentulah tiada amal yang layang untuk ditterima  أنْتَ إلى حِلْمِهِ إذا أَطَعْتَهُ أَحْوَجُ مِنْكَ إلى حِلْمِهِ إذا عَصَيْتَهُ.  Engkau lebih membutuhkan kemurahan-Nya kala engkau menaati-Nya, ketimbang saat berbuat maksiat kepada-Nya  السَّتْرُ عَلى قِسْمَيْنِ: سترٌ عَنِ المَعْصِيَةِ، وَسَتْرٌ فيها. فَالعامَّةُ يَطْلُبُونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ فيها خَشْيَةَ سُقوطِ مَرْتَبَتِهِمْ عِنْدَ الخَلْقِ، وَالخاصَّةُ يَطْلُبونَ مِنَ اللهِ السَّتْرَ عَنْها خَشْيَةَ سُقوِطِهِمْ مِنْ نَظَرِ المَلِكِ الحَقِّ.  Tutup Allah itu terbagi dua, yaitu tutup dari (melakukan) maksiat dan tutup dalam maksiat. Orang awam meminta kepada Allah agar ditutupi dalam berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan manusia. Namun orang khawaas (khusus) meminta kepada Allah agar ditutupi dari berbuat maksiat, karena khawatir jatuh kedudukannya dalam pandangan Sang Penguasa (Allah)  مَنْ أَكْرَمَكَ إنَّما أَكْرَمَ فِيْكَ جَميلَ سَتْرِهِ. فَالحَمْدُ لِمَنْ سَتَرَكَ، لَيْسَ الحَمْدُ لِمَنْ أَكْرَمَكَ وَشَكَرَكَ.  Siapa yang memuliakanmu, maka sebenarnya memuliakan indahnya penutup yang Allah selipkan pada dirimu. Karena itu, pujian bagi Allah yang menutupimu, bukan bagi orang yang telah memuliakan dan bertrimakasih kepadamu  ما صَحِبَكَ إلا مَنْ صَحِبَكَ وَهُوَ بِعَيْبِكَ عَليمٌ، وَلَيْسَ ذلِكَ إلّا مَوْلاكَ الكَريم. خَيْرُ مَنْ تَصْحَبُ مَنْ يَطْلُبُكَ لَكَ لا لِشَيْءٍ يَعودُ مِنْكَ إليهِ.  Tidak ada teman sejati kecuali seseorang yang menemanimu adalah orang yang tahu tentang aibmu, namun orang yang seperti itu tidak akan pernah ada kecuali tuhanmu yang pemurah. Sebaik-baik yang menemanimu adalah orang yang tidak mengharapkan imbalan apapun darimu  لَوْ أَشْرَقَ لَكَ نورُ اليَقينِ لَرَأيتَ الآخِرَةَ أَقْرَبَ إلَيْكَ مِنْ أنْ تَرْحَلَ إلَيْها، وَلَرَأيْتَ مَحاسِنَ الدُّنْيا قَدْ ظَهَرَتْ كِسْفَةُ الفَناءِ عَلَيْها.  Seandainya cahaya keyakinan menerangimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat padamu ketimbang engkau berjalan menujunya. Dan engkau pun melihat keindahan dunia telah ditutupi gerhana kefanaan yang suram  ما حَجَبكَ عَنْ اللهِ وُجودُ مَوجودٍ مَعَهُ، إذْ لا شَيْءَ مَعَهُ، وَلَكِنْ حَجَبَكَ عَنْهُ تَوَهُّمُ مَوجودٍ مَعَهُ.  Keberadaan benda tidaklah menghalangimu dari Allah, yang membuatmu terhalangi dari-Nya adalah ilusimu bahwa ada yang lain di samping-Nya  لَوْلا ظُهورُهُ في المُكَوَّناتِ ما وَقَعَ عَلَيْها وُجودُ إبصارٍ. وَلَوْ ظَهَرَتْ صِفاتُهُ اضْمَحَلَّتْ مُكَوَّناتُهُ.  Seandainya Allah tidak menampakkan kekuasaan-Nya pada benda-benda alam semesta, maka penglihatan mata tidak akan menangkap mereka. Dan apabila sifat-sifat-Nya itu tampak, maka lenyaplah alam semesta ciptaan-Nya  أظْهَرَ كُلَّ شَيْءٍ لِأنَّهُ الباطِنُ، وَطوى وُجودَ كُلِّ شَيْءٍ لِأنَّهُ الظّاهِرُ.  Allah menampakkan segala sesuatu, karena Dialah yang batin. Dan Allah menyembunyikan wujud segala sesuatu, karena Dialah yang zahir.

 Malulah Saat Dipuji

  أباحَ لَكَ أنْ تَنْظُرَ ما في المُكَوَّناتِ، وَما أذِنَ لَكَ أنْ تَقِفَ مَعَ ذَواتِ المُكَوَّناتِ؛ قال {انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ} وَلَمْ يَقُلْ: انظروا السَّمواتِ والأَرْض. قال انْظُروا ماذا فيها، فَتَحَ لَكَ بابَ الإفْهامِ. وَلَمْ يَقُلْ انُظروا السَّمواتِ لِئَلّا يَدُلَّكَ عَلى وُجودِ الأجرامِ.  Allah mengizinkanmu melihat apa saja yang ada di alam semesta, namun Dia tidak mengizinkanmu untuk berhenti hanya pada melihat benda-benda alam itu.Katakanlah: perhatikan apa yang ada di langit di bumi? Yunus : 101 Dia membukakan pintu pengertian bagimu. Dia tidak mengatakan, ‘perhatikanlah langit itu!’ supaya tidak menunjukanmu pada adanya benda-benda semata  الأكوانُ ثابِتَةٌ بإثباتِهِ وَمَمْحُوَّةٌ بأحَديَّةِ ذاتِهِ.  Alam ini ada karena ketetapan Allah, namun ia akan musnah oleh Keesaan Zat-Nya.  النّاسُ يَمْدَحونَكَ لِما يَظُنُّونَهُ فيكَ، فَكُنْ أنْتَ ذاماً لنَفسِكَ لِما تَعْلَمُهُ مِنها.  Orang-orang memujimu karena apa yang mereka sangka ada pada dirimu. Maka celalah dirimu karena apa yang engkau ketahui ada pada dirimu  المؤمِنُ إذا مُدِحَ اسْتَحْيا مِنَ اللهِ تَعالى أنْ يُثْنى عَلَيْهِ بِوَصْفٍ لا يَشْهَدُهُ مِنْ نَفْسِهِ.  Ketika seorang mukmin dipuji, maka seharusnya ia merasa malu kepada Allah, karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati dalam dirinya  أجْهَلُ النّاسِ مَنْ تَرَكَ يَقينَ ما عِنْدَهُ لِظَنِّ ما عِنْدَ النّاسِ.  Sebodoh-bodoh manusia adalah orang yang meninggalkan keyakinannya sendiri, karena mengikuti dugaan orang lain  إذا أطْلَقَ الثَناءَ عَلَيْكَ وَلَسْتَ بأَهْلٍ، فَأثْنِ عَلَيْهِ بِما هُوَ لَهُ أهْلٌ.  Apabila Allah membiarkan suatu pujian diberikan kepadamu, padahal engkau tidak layak mendapatkannya, maka pujilah Allah karena Dialah yang lebih berhak atas pujian tersebut  الزُّهّادُ إذا مُدِحوا انقَبَضوا لِشُهودِهِمُ الثَّناءَ مِنَ الخَلْقِ. وَالعارِفونَ إذا مُدِحوا انْبَسَطوا لِشُهودِهِمْ ذلِكَ مِنَ المَلِكِ الحَقِّ.  Apabila kaum yang zahid dipuji, maka sesaklah hati mereka, karena menyadari bahwa pujian itu datang dari makhluk. Sedang para ‘arif bila dipuji, maka bergembiralah hati mereka karena memandang bahwa pujian itu datang dari Raja yang sebenarnya (Malik al-Hak)  مَتى كُنْتَ إذا أُعْطيتَ بَسَطَكَ العَطاءُ، وإذا مُنِعْتَ قَبَضَكَ المَنْعُ، فاسْتَدِلَّ بِذلِكَ عَلى ثُبوتِ طُفوليَّتِكَ وَعَدَمِ صِدْقِكَ في عُبوديَّتِكَ.  Pada saat diberi sesuatu engkau bergembira, dan pada saat ditolak engkau kecewa. Yang demikian itu merupakan bukti dari sifat kekanak-kanakanmu, serta ketidak tulusan penghambaanmu  إذا وَقَعَ مِنْكَ ذَنْبٌ فَلا يَكُنْ سَبَباً لِيأسِكَ مِنْ حُصولِ الاسْتِقامَةِ مَعَ رَبِّكَ، فَقَدْ يَكونُ ذلِكَ آخِرَ ذَنْبٍ قُدِّرَ عَلَيْكَ.  Apabila engkau terlanjur berbuat dosa, maka itu jangan membuat engkau putus asa dalam menggapai istiqomah kepada Rabbmu, karena bisa jadi, itulah dosa terakhir yang ditakdirkan bagimu  إذا أَرَدْتَ أنْ يَفْتَحَ لَكَ بابَ الرَّجاءِ فاشْهَدْ ما مِنْهُ إلَيْكَ. وَإذا أَرَدْتَ أنْ يَفْتَحَ لَكَ بابَ الخَوفِ فاشْهَدْ ما مِنْكَ إلَيْهِ.  Apabila engkau ingin Allah membukakan pintu pengharapan untukmu, maka perhatikanlah apa yang Dia berikan kepadamu. Namun, jika engkau ingin Allah membukakan pintu ketakutan untukmu, maka perhatikanlah apa yang engkau berikan kepada-Nya  رُبَّما أفادَكَ في لَيْلِ القَبْضِ ما لَمْ تَسْتَفِدْهُ في إشْراقِ نَهارِ البَسْطِ (لا تَدْرُونَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ لَكُمْ نَفْعاً(  Boleh jadi Allah memberimu manfaat pada saat malam yang sempit, apa yang belum engkau dapatkan pada saat siang yang lapang. Dan kalian tidak mengetahui mana yang lebih dekat manfaatnya bagi kalian.  مَطالِعُ الأَنْوارِ: القُلوبُ وَالأسْرارُ.  Tempat terbitnya cahaya Ilahi adalah hati dan rahasia-rahasianya  نُورٌ مُسْتَوْدَعٌ في القُلوبَ، مَدَدُهُ مِنَ النّورِ الوارِدِ مِنْ خَزائِنِ الغُيوبِ.  Cahaya yang tersimpan dalam hati, datang dari cahaya yang berasal dari khazanah kegaiban  نُورٌ يَكْشِفُ لَكَ بِهِ عَنْ آثارِهِ، وَنُورٌ يَكْشِفُ لَكَ بِهِ عَنْ أوْصافِهِ.  Ada cahaya yang menyingkap tirai ciptaan-Nya untukmu, dan ada pula cahaya yang menyingkapkan tirai sifat-sifat Allah bagimu  رُبَّما وَقَفَتِ القُلوبُ مَعَ الأنْوارِ، كَما حُجِبَتِ النُّفوسُ بِكَثائِفِ الأَغْيارِ.  Boleh jadi hati terhenti pada cahaya-cahaya, sebagaimana terhentinya nafsu oleh gelapnya bayang-bayang ciptaan (makhluk)  سَتَرَ أنْوارَ السَّرائِرِ بِكثائِفِ الظَّواهِرِ إجْلالاً لَها أنْ تُبْتَذَلَ بِوجودِ الإظْهارِ، وَأنْ يُنادى عَلَيْها بِلسانِ الاشْتِهارِ.  Allah menutupi cahaya rahasia batin manusia dengan tebalnya perbuatan lahiriah yang tampak, untuk memuliakan cahaya itu agar tidak bebas dipandang dan lisan tidak bebas menyebut kemasyhurannya  سُبْحانَ مَنْ لم يَجْعَلِ الدَليلَ عَلى أوْلِيائِهِ إلّا مِنْ حَيْثُ الدَّليلُ عَلَيْهِ. وَلَمْ يُوْصِلْ إلَيْهِمْ إلّا مَنْ أرادَ أنْ يُوصِلَهُ إلَيْهِ.  Mahasuci Allah yang tidak membuat tanda khusus atas para wali-Nya, kecuali dengan tanda pengenalan kepada-Nya. Dan Dia tidak mempertemukan dengan mereka kecuali orang yang Dia kehendaki untuk sampai kepada-Nya  رُبَّما أطْلَعَكَ عَلى غَيْبِ مَلَكوتِهِ، وَحَجَبَ عَنْكَ الاسْتِشْرافَ عَلى أسْرارِ العِبادِ.  Boleh jadi Allah memperlihatkan kepadamu misteri alam malakut, namun Dia menutupimu dari rahasia para hamba-Nya  مَنْ اطَّلَعَ عَلى أسْرارِ العِبادِ وَلَمْ يَتَخَلَّقْ بالرَّحْمَةِ الإلهِيَّةِ كانَ اطِّلاعُهُ فِتْنَةً عَلَيْهِ وَسَبَباً لِجَرِّ الوَبال إليِهِ.  Barangsiapa mampu mengetahui rahasia para hamba, namun tidak meniru sifat kasih sayang Rabbnya, maka pengetahuannya itu akan menjadi bencana dan sebab bahaya bagi dirinya  حَظُّ النَّفْسِ في المَعْصِيَةِ ظاهِرٌ جَليٌّ، وَحَظُّها في الطّاعَةِ باطِنٌ خَفيٌَ، وَمُداواةُ ما يَخْفى صَعْبٌ عِلاجُهُ.  Andil nafsu dalam perbuatan maksiat itu tampak jelas, sedangkan andilnya pada perbuatan taat itu samar dan tersembunyi. Dan menyembuhkan yang tersembunyi itu amatlah sulit  رُبَّما دَخَلَ الرِّياءُ عَلَيْكَ مِنْ حَيْثُ لا يَنْظُرُ الخَلْقُ إلَيْكَ.  Mungkin saja rasa riya’ itu masuk kedalam dirimu dari arah yang tidak dilihat orang lain  اسْتِشْرافُكَ أنْ يَعْلَمَ الخَلْقُ بِخُصوصِيَّتِكَ دَليلٌ عَلى عَدَمِ صِدْقِكَ في عُبودِيَتَّكَ.  Keinginan agar orang lain mengetahui keistimewaan yang ada pada dirimu adalah bukti dari ketidaktulusan penghambaanmu  غَيِّبْ نَظَرَ الخَلْقِ إلَيْكَ بِنَظَرِ اللهِ إلَيْكَ، وَغِبْ عَنْ إقْبالِهِمْ عَلَيْكَ بِشُهودِ إقْبالِهِ إلَيْكَ.  Lenyapkan pandangan makhluk terhadap dirimu dengan pandangan Allah kepadamu. Dan lupakan perhatian mereka terhadapmu, karena engkau sadar bahwa Allah memperhatikanmu.

  Cara Mengenal Allah

   مَنْ عَرَفَ الحَقَّ شَهِدَهُ في كُلِّ شَيْءٍ، وَمَنْ فَنِيَ بِهِ غابَ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ. وَمَنْ أحَبَّهُ لَمْ يُؤْثِرْ عَلَيْهِ شَيئاً.  Siapa yang mengenal al-Hak (Allah), maka ia akan menyaksikan-Nya pada segala sesuatu (ciptaan-Nya). Dan siapa yang fana dengan Allah, maka ia akan hilang dari segala sesuatu. Dan siapa yang mencintai Allah, maka dia akan mengutamakan segala sesuatu selain-Nya.  إنَّما حَجَبَ الحَقَّ عَنْكَ شِدَّةُ قُرْبِهِ مِنْكَ.  Sesungguhnya terhijabnya Allah dari penglihatanmu adalah karena begitu dekatnya Dia denganmu  إنَّما احْتَجَبَ لِشِدَّة ظُهورِهِ، وَخَفِيَ عَنِ الأبْصارِ لِعِظَمِ نُورِهِ.  Karena terlalu nyatanya (cahaya) Allah, sampai-sampai kita merasa Dia terhijab (dari kita). Dan karena kuatnya cahaya Allah itulah, maka Dia pun tersembunyi dari penglihatan (zhahir)  لا يَكُنْ طَلَبُكَ تَسَبُّباً للعَطاءِ مِنْهُ، فَيَقِلَّ فَهْمُكَ عَنْهُ، وَليَكُنْ طَلَبُكَ لإظْهارِ العُبودِيَّةِ وَقِياماً بِحُقوقِ الرُبوبِيَّةِ.  Janganlah permohonanmu (kepada Allah) engkau jadikan sebab untuk memperoleh pemberian-Nya, karena pemahamanmu mengenai Dia menjadi berkurang. Tapi, jadikanlah permohananmu itu semata demi menunjukkan penghambaanmu dan memenuhi hak-hak Allah atasmu  كَيْفَ يَكونُ طَلَبُكَ الّلاحِقُ سَبَباً لِعَطائِهِ السّابِقِ؟!  Bagaimana mungkin permohonanmu yang datang belakangan menjadi sebab bagi pemberian Allah yang telah jauh hari diputuskan?  جَلَّ حُكْمُ الأزَلِ أَنْ يَنْضافَ إلى العِلَلِ.  Hukum azali itu terbebas dari bergantung kepada sebab akibat  عِنايتُهُ فيكَ لا لِشَيْءٍ مِنْكَ. وَأيْنَ كُنْتَ حينَ واجَهَتْكَ عِنايَتُهُ وَقابَلَتْكَ رِعايَتُهُ؟! لَمْ يَكُنْ في أزَلِهِ إخلاصُ أعْمالٍ وَلا وُجودُ أحْوالٍ. بَلْ لَمْ يَكُنْ هُناكَ إلّا مَحْضُ الإفْضالِ وَعَظيمُ النَّوالِ.  Perhatian Allah kepadamu bukanlah karena sesuatu yang timbul dari dirimu. Di manakah engkau ketika perhatian dan pemeliharaan-Nya menemuimu? Ketika kamu masih di alam azali, belum ada keikhlasan amal ataupun wujud spiritual. Bahkan, di sana belum ada apa-apa selain banyaknya karunia dan pemberian (Allah) semata  عَلِمَ أنَّ العِبادَ يَتَشَوَّفونَ إلى ظُهورِ سِرِّ العِنايةِ، فَقال: (يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَنْ يَشَاءُ). وَعَلِمَ أَنَّهُ لَوْ خَلّاهُمْ وَذلِكَ لَتَركوا العَمَلَ اعْتِماداً عَلى الأَزَلِ. فَقال (إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْمُحْسِنِينَ(  Allah tahu bahwa para hamba mendambakan terlihatnya rahasia pertolongan-Nya, maka Allah berfirman, Dan allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya untuk diberi rahmat-Nya. Allah juga tahu, andaikan Dia membiarkan mereka begitu saja, maka mereka akan meninggalkan usaha karena bersandar pada hukum (keputusan) azali semata. Sehingga Allah berfirman, ‘sesungguhnya rahmat Allah begitu dekat dengan orang-orang yang berbuat baik (muhsinin)  إلى المَشيئَةِ يَسْتَنِدُ كُلُّ شَيْءٍ، لِأنَّ وُقوعَ ما لَمْ يَشَأ الحَقُّ مُحالٌ، وَلا تَسْتَنِدُ هِيَ إلى شَيْءٍ.  Segala sesuatau yang ada bersandar kepada kehendak Allah sementara kehendak Allah tidak bersandar kepada apa pun  رُبَّما دَلَّهُمُ الأَدَبُ عَلى تَرْكِ الطَّلَبِ اعْتِماداً عَلى قِسْمَتِهِ وَاشْتِغالاً بِذِكْرِهِ عَنْ مَسْألَتِهِ.  Adakalanya adab yang baik justru mendorong orang untuk tidak lagi meminta (kepada Allah), karena bersanda padar pembagian-Nya, serta akibat terlalu sibuk dalam zikir (mengingat) kepada-Nya, sehingga tidak sempat untuk memohon kepada-Nya  إنَّما يُذَكَّرُ مَنْ يَجوزُ عَلَيْهَ الإغْفالُ. وَإنَّما يُنَبَّهُ مَنْ يُمْكِنُ مِنْهُ الإهْمالُ.  Yang harus diingatkan adalah orang yang bisa saja lalai, dan yang harus ditegur adalah orang yang mungkin bisa teledor  وُرودُ الفاقاتِ أعْيادُ المُريدينَ.  Datangnya kesulitan merupakan hari raya bagi para murid  رُبَّما وَجَدْتَ مِنَ المَزيدِ في الفاقاتِ ما لَمْ تَجِدُهُ في الصَّومِ وَالصَّلاةِ.  Bisa jadi engkau memperoleh tambahan karunia dalam kesulitan yang menimpa, yaitu apa yang tidak engkau dapati di dalam puasa maupun shalat  الفاقاتُ بُسُطُ المَواهِبِ.  Bermacam kesulitan itu merupakan hamparan bagi pemberian (Allah)  إنْ أرَدْتَ وُرودَ المَواهِبِ عَلَيْكَ، صَحِّحِ الفَقْرَ وَالفاقَةَ لَدَيْكَ؛ (إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ(  Apabila engkau menghendaki datangnya pemberian Allah kepadamu, maka bersungguh-sungguhlah dalam merasakan kefakiran dan kesusahan yang engkau alami. Sesungguhnya yang berhak menerima pemberian-pemberian (sedekah) itu hanyalah mereka yang fakir  تَحَقَّقْ بأوْصافِكَ يُمِدّكَ بأوصافِهِ. تَحَقَّقْ بِذُلِّكَ يُمِدّكَ بِعِزِّهِ. تَحَقَّقْ بِعَجْزِكَ يُمِدّكَ بِقُدْرَتِهِ. تَحَقَّقْ بِضَعْفِكَ يُمِدّكَ بِحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ.  Sadarilah akan sifat-sifat (kekurangan)mu, niscaya Allah akan membantumu dengan (kesempurnaan) sifat-sifat-Nya. Akuilah kehinaan dirimu di hadapan Allah, niscaya Allah akan membantumu dengan kemuliaan-Nya. Akuilah semua ketidakberdayaanmu, niscaya Allah akan membantumu dengan kekuasaan-Nya. Dan akuilah kelemahanmu, niscaya Allah akan membantumu dengan kekuatan-Nya  رُبَّما رُزِقَ الكَرامَةَ مَنْ لَمْ تَكْمُلْ لَهُ الاسْتِقامَةُ.  Bisa jadi seorang yang belum sempurna istiqomahnya sudah diberi karomah  مِنْ عَلاماتِ إقامَةِ الحَقِّ لَكَ في الشَّيْءِ إدامَتُهُ إيّاكَ فيهِ مَعَ حُصولِ النَتائِجِ  Di antara tanda bahwa Al-Hak (Allah) telah mengokohkan suatu kedudukan bagimu adalah apabila Dia menahanmu pada posisi itu dan engkau memetik berbagai hasil dari (kedudukan) tersebut  مَنْ عَبَّرَ مِنْ بِساطِ إحْسانِهِ أَصْمَتَتْهُ الإساءةُ، وَمَنْ عَبَّرَ مِنْ بِساطِ إحْسان اللهِ إلَيْهِ لَمْ يَصْمُتْ إذا أساءَ.  Siapa yang memberi nasihat karena merasa dirinya baik, maka dia akan terdiam oleh kesalahan yang ia lakukan. Sedang siapa yang memberi nasihat karena memandang (ucapannya) itu sebagai kebaikan dari Allah bagi dirinya, maka ia tidak akan terdiam meski melakukan kesalahan  تَسْبِقُ أنْوارُ الحُكَماءِ أقْوالَهُمْ، فَحَيْثُ صارَ التَّنْويرُ وَصَلَ التَّعْبيرُ.  Cahaya orang-orang bijak (ahli hikmah) mendahului perkataan mereka. Maka, di manapun cahaya itu terpancar di batin, sampailah apa yang mereka katakan  كُلُّ كَلامٍ يَبْرُزُ وَعَلَيْهِ كِسْوَةُ القَلْبِ الَّذي مِنْهُ بَرَزَ.  Setiap ucapan yang keluar pasti menunjukkan kondisi hati yang mengucapkannya  مَنْ أُذِنَ لهُ في التَّعْبيرِ فُهِمَتْ في مَسامِعِ الخَلْقِ عِبارَتُهُ، وَجُلِّيَتْ إلَيْهِمْ إشارَتُهُ.  Siapa yang telah diberi izin oleh Allah untuk menyampaikan ajaran, maka apa yang diucapkannya akan dapat dipahami oleh yang mendengarnya, dan isyarat-isyarat yang ia berikan akan terang diterima oleh mereka  رُبما بَرَزَتِ الحَقائِقُ مَكسوفَةَ الأنْوارَ إذا لَمْ يُؤْذَنْ لَكَ فيها بِالإظْهارِ.  Adakalanya cahaya wawasan (ilmu) hakikat itu memudar tatkala engkau belum diberi izin (oleh Allah) untuk mengungkapkannya  عِباراتُهُم إمّا لِفَيَضانِ وَجْدٍ، أوْ لِقَصْدِ هِدايَةِ مُريدٍ. فالأوَّلُ حالُ السّالِكينَ، والثّاني حالُ أرْبابِ المَكِنَةَ والمُحَقِّقينَ.  Apa yang disampaikan oleh mereka bisa jadi karena luapan perasaan yang melimpah di dalam hati, atau untuk memberi petunjuk pada seorang murid. Yang pertama adalah keadaan para salik (penempuh jalan), sedangkan yang kedua adalah keadaan pembimbing spiritual yang telah sangat matang dalam ilmu hakikat.

  Tutur kata yang Bijak

  العِباراتُ قُوتٌ لعائِلَةِ المُسْتَمِعينَ، وَلَيْسَ لَكَ إلّا ما أنْتَ لَهُ آكِلٌ.  Tutur kata yang bijak itu ibarat hidangan makanan bagi mereka yang mendengarkan, dan jatahmu hanyalah apa yang engkau makan darinya  رُبَّما عَبَّرَ عَنِ المَقامِ مَنْ اسْتَشْرَفَ عَلَيْهِ، وَرُبَّما عَبَّرَ عَنْهُ مَنْ وَصَلَ إلَيْهِ، وَذلِكَ يَلْتَبِسُ إلّا عَلى صاحِبِ البَصيرَةِ.  Bisa jadi orang yang menerangkan suatu tahapan spiritual (maqam) adalah orang yang baru ingin sampai pada tahapan itu. Kadang pula orang itu telah sampai pada tahapan yang dimaksud. Yang demikian itu memang tampak kabur (samar), kecuali bagi orang-orang yang memiliki ketajaman mata batin  لا يَنْبَغي لِلسّالِكِ أنْ يُعَبِّرَ عَنْ وارِداتِهِ؛ فإنَّ ذلِكَ يُقِلَّ عَمَلَها في قَلبِهِ وَيَمْنَعْهُ وُجودَ الصِّدْقِ مَعَ رَبِّهِ.  Tidaklah pantas seorang salik (penempuh jalan) mengungkapkan karunia warid yang telah ia dapatkan. Sebab, yang demikian itu akan mengurangi pengaruh warid dalam hatinya, dan menghalanginya dari ketulusan kepada Rabbnya  لا تَمُدَّنَ يَدَكَ إلى الأخْذِ مِنَ الخَلائِقِ، إلّا أنْ تَرى أنَّ المُعْطِيَ فِيهِمْ مَوْلاكَ. فإنْ كُنْتَ كَذلِكَ فَخُذْ ما وافَقَ العِلْمَ.  Janganlah sekali-kali kalian ulurkan tangan untuk menerima pemberian dari makhluk, kecuali engkau menyadari bahwa pemberi yang sejati di balik mereka itu ialah Rabbmu. Apabila engkau mampu berlaku demikian, maka terimalah apa yang sesuai dengan ilmu yang engkau pahami  رُبَّما اسْتَحْيا العارِفُ أنْ يَرفَعَ حاجَتَهُ إلى مَوْلاهُ اكْتِفاءً بِمَشيئَتِهِ. فَكَيْفَ لا يَسْتَحْيي أنْ يَرْفَعَها إلى خَليقَتِهِ.  Terkadang seorang ‘arif merasa malu meminta sesuatu yang ia butuhkan kepada Rabbnya, karena telah merasa puas mengikuti kehendak-Nya. Maka mana mungkin ia tidak malu untuk meminta sesuatu kepada makhluk-Nya  إذا التَبَسَ عَلَيْكَ أمْرانِ فانْظُرْ أثْقَلَهُما عَلى النَّفْسِ فَاتَّبِعْهُ، فَإنَّهُ لا يَثْقُلُ عَلَيْها إلّا ما كانَ حَقّاً.  Apabila ada dua hal yang membuat kalian bingung (memilihnya), maka perhatikanlah mana yang lebih memberatkan hawa nafsu kalian, lalu ikutilah. Sebab, tidak akan memberatkan hawa nafsu selain hal yang benar  مِنْ عَلاماتِ اتِّباعِ الهَوى المُسارَعَةُ إلى نَوافِلِ الخَيْراتِ، وَالتَّكاسُلُ عَنِ القِيامِ بِالواجِباتِ.  Di antara tanda memperturutkan hawa nafsu adalah bergegas dalam amalah sunnah, namun malas dalam melaksanakan amalan wajib.  قَيَّدَ الطّاعاتِ بِأعْيانِ الأوْقاتِ كَيْ لا يَمنَعَكَ عَنها وُجودُ التَّسْويفِ. وَوَسَّعَ عَلَيْكَ الوَقْتَ كَيْ تَبْقى لَكَ حِصَّةُ الاخْتِيارِ.  Allah sengaja menetapkan waktu-waktu tertentu untuk beribadah, agar engkau tidak sampai tertinggal karena menunda mengerjakannya. Dan Allah memberi keluasan waktu bagimu, agar tetap ada kesempatan untuk memilih  عَلِمَ قِلَّةَ نُهوضِ العِبادِ إلى مُعامَلَتِهِ، فَأوْجَبَ عَلَيْهِمْ وُجودَ طاعَتِهِ، فَساقَهُمْ إلَيْهِ بِسَلاسِلِ الإيْجابِ. “عَجِبَ رَبُّكَ مِنْ قَوْمٍ يُساقونَ إلى الجَنَّةِ بِالسَّلاسِلِ”.  Allah Mahamengetahui tentang kemalasan hamba-Nya dalam berhubungan dengan-Nya, sehingga dia menjadikan ketaatan kepada-Nya sebagai kewajiban mereka. Lalu Allah menggiring mereka kepada ketaatan dengan rantai kewajiban. Rabbmu kagum dengan orang-orang yang digiring ke syurga dengan menggunakan rantai tersebut.  أوْجَبَ عَلَيْكَ وُجودَ خِدْمَتِهِ، وَما أوْجَبَ عَلَيْكَ إلا دُخولَ جَنَّتِهِ.  Allah mewajibkanmu berkhidmat (mengabdi) kepada-Nya, dan Dia tidak mewajibkan sesuatu kecuali ada balasan masuk syurga-Nya  مَنْ اسْتَغْرَبَ أنْ يُنْقِذَهُ اللهُ مِنْ شَهْوَتِهِ، وَأنْ يُخْرِجَهُ مِنْ وُجودِ غَفْلَتِهِ. فَقَدِ اسْتَعْجَزَ القُدْرَةَ الإلهِيَّة، (وَكَانَ اللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ مُقْتَدِرًا(  Barangsiapa yang merasa heran kalau Allah sampai menyelamatkannya dari pengaruh buruk syahwatnya, atau mengentaskannya dari jerat kelalaian, maka berarti ia telah menganggap lemah kekuasaan Allah. dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu  رُبَّما وَرَدَتِ الظُّلَمُ عَلَيْكَ، لِيُعَرِّفَكَ قَدْرَ ما مَنَّ بِهِ عَلَيْكَ.  Kadang kegelapan mendatangimu, karena Allah hendak menyadarkanmu atas besarnya nikmat yang telah Dia berikan kepadamu  مَنْ لَمْ يَعْرِفْ قَدْرَ النِّعَمِ بِوجْدانِها عَرَفَها بِوُجودِ فُقْدانِها.  Orang yang tidak mengetahui nilai nikmat tatkala memperolehnya, maka ia akan mengetahuinya tatkala sudah terlepas dari dirinya (nikmat itu)  لا تُدْهِشْكَ وارِداتُ النِّعَمِ عَنِ القِيامِ بِحُقوقِ شُكْرِكَ. فإنَّ ذلِكَ مِمّا يَحُطُّ مِنْ وُجودِ قَدْرِكَ.  Janganlah datangnya nikmat malah membuatmu panik untuk memenuhi kewajiban syukurmu. Sebab, itu bisa merendahkan kedudukanmu  تَمَكُّنُ حَلاوَةِ الهَوى مِنَ القَلْبِ هُوَ الدّاءُ العُضالُ.  Manisnya hawa nafsu yang telah menguasai qalbu adalah penyakit yan g sangat sulit untuk disembuhkan  لا يُخْرِجُ الشَّهْوَةَ مِنَ القَلْبِ إلّا خُوْفٌ مُزْعِجٌ أوْ شَوْقٌ مُقْلِقٌ.  Tidak ada yang bisa mengusir ajakan syahwat (yang menyesatkan) dari hati, kecuali rasa takut (kepada Allah) yang menggetarkan atau rasa rindu (kepada Allah) yang menggelisahkan  كَما لا يُحِبُّ العَمَلَ المُشْتَرَكَ لا يُحِبُ القَلْبَ المُشْتَرَكَ. العَمَلُ المُشْتَرَكُ هُوَ لا يَقْبَلُهُ، والقَلْبُ المُشْتَرَكُ لا يُقْبِلُ عَليه.  Sebagaimana Allah tidak menyukai amal yang tidak sepenuhny bagi-Nya, Allah juga tidak menyukai hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya. Amal yang tidak sepenuhny bagi-Nya tidak Dia terima, dan hati yang tidak sepenuhnya bagi-Nya tidak diperdulikan oleh-Nya  أنْوارٌ أُذِنَ لَها في الوُصولِ وَأَْنوارٌ أُذِنَ لَها في الدُّخولِ.  Ada cahaya yang hanya diizinkan Allah untuk sampai ke hati, dan ada pula cahaya yang di izinkan Allah untuk masuk ke dalam hati  رُبَّما وَرَدَتْ عَلَيْكَ الأنْوارُ فَوَجَدَتِ القَلْبَ مَحْشُوّاً بِصُوَرِ الآثارِ فَارْتَحَلَتْ مِنْ حَيْثُ نَزَلَتْ.  Kadang cahaya-cahaya mendatangimu, namun mereka menemukan hatimu masih dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Maka, cahaya-cahaya itu kembali ketempat semula. Oleh karena itu, kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, maka Allah akan memenuhinya dengan pengetahuan dan rahasia.  فَرِّغْ قَلْبَكَ مِنَ الأَغْيارِ تَمْلأهُ بِالمَعارِفِ والأسْرارِ.  kosongkanlah hatimu dari selain Allah, agar hati itu dipenuhi dengan ilmu ma'rifat dan berbagai rahasia  لا تَسْتَبْطِئْ مِنْه النَّوالَ، وَلكِنِ اسْتَبْطئْ مِنْ نَفْسِكَ وُجودَ الإقْبالِ.  Jangan merasa karunia Allah lambat datang kepadamu, akan tetapi tengoklah diri engkau yang lambat menghadap pada-Nya  حُقوقٌ في الأوْقاتِ يُمْكِنُ قَضاؤها، وَحُقوقٌ في الأوْقاتِ لا يُمْكِنُ قَضاؤها. إذْ ما مِنْ وَقْتٍ يَرِدُ إلا وللهِ عَلَيْكَ فيهِ حَقٌ جَديدٌ وَأَمْرٌ أكيدٌ. فَكَيْفَ تَقْضي فيهِ حَقَّ غَيْرِهِ وَأنْتَ لَمْ تَقْضِ حَقَّ اللهِ فيهِ؟!  Beberapa kewajiban dalam satu waktu bisa diqadha (diganti diwaktu lain), namun tidak mungkin untuk mengqadha kewajiban waktu. Alasannya Allah mewajibkan padamu suatu kewajiban baru atau perintah tertentu untuk setiap waktu. Kemudian bagaimana engkau bisa memenuhi kewajiban yang lain, sementara engkau belum memenuhi hak Allah dalam setiap waktu itu.

  Tujuan Dzikir

  دَلَّ بِوُجودِ آثارِهِ عَلى وُجودِ أسْمائِهِ. وبِوجودِ أسْمائِهِ عَلى ثُبوتِ أوصْافِهِ، وَبِثُبوتِِ أوْصافِهِ عَلى وُجودِ ذاتِهِ. إذْ مُحالٌ أنْ يَقومَ الوَصْفُ بِنَفْسِهِ. فأرْبابُ الجَذْبِ يَكْشِفُ لَهُمْ عَنْ كَمالِ ذاتِهِ، ثُمَّ يَرُدُّهُمْ إلى شُهودِ صِفاتِهِ، ثُمَّ يُرْجِعُهُمْ إلى التَّعَلُّقِ بأسْمائِهِ، ثُمَّ يَرُدُّهُمْ إلى شُهودِ آثارِهِ. وَالسّالِكونَ عَلى عَكْسِ هذا. فَنِهايَةُ السّالِكينَ بِدايَةُ المَجْذوبينَ، وَبِدايَةُ السّالكينَ نِهايَةُ المَجْذوبينَ؛ لكِنْ لا بِمَعْنىً واحِدٍ؛ فَرُبَّما التَقَيا في الطَّريقِ، هذا في تَرَقّيهِ وهذا في تَدَلّيهِ.  Segenap benda-benda ciptaan-Nya, Allah menunjukkan berbagai nama-Nya. Dan dengan adanya nama-nama-Nya itu, Allah menunjukkan kekekalan sifat-sifat-Nya Allah menunjukkan adanya zat-Nya, karena mustahil suatu sifat berdiri sendiri tanpa zat. Bagi orang-orang yang tertarik kepada-Nya, maka akan disingkapkan kesempurnaan Zat-Nya. Kemudian Dia akan mengembalikan mereka pada penyaksian sifat-sifat-Nya. Setelah itu, dia mengembalikan mereka pada bergantung dengan nama-nama-Nya. Dan kemudian mengembalikan mereka pada penyaksian benda-benda ciptaan-Nya. Sedangkan bagi para penempuh jalan spiritual (salikin) adalah kebalikanna. Dimana puncak pencapaian mereka adalah permulaan dari orang-orang yang tertarik kepada-Nya. Namun demikian, ini semua tidaklah bermakna seperti apa adanya. Bisa jadi keduanya bertemu di persimpangan jalan. Yang satu tengah mendaki dan yang lain sedang menurun.  لا يُعْلَمُ قَدْرُ أنْوارِ القُلوب والأسْرار إلّا في غَيْبِ المَلَكوتِ. كَما لا تَظْهَرُ أنْوارُ السَّماءِ إلّا في شَهادَةِ المُلْكِ.  Kadar cahaya hati dan rahasia-rahasianya tidak diketahui, kecuali dalam alam malakut yang gaib, sebagaimana cahaya langit tidak tampak kecuali di alam kerajaan yang kasat mata (bumi ini)  وِجْدانُ ثَمَراتِ الطّاعاتِ عاجِلاً بَشائِرُ العامِلينَ بِوُجودِ الجَزاءِ عَلَيْها آجِلاً.  Buah ketaatan yang dirasakan di dunia adalah kabar gembira bagi orang-orang yang beramal di akhirat kelak  كَيْفَ تَطْلُبُ العِوَضَ عَلى عَمَلٍ هُوَ مُتَصَدِّقٌ بِهِ عَليكَ، أمْ كَيْفَ تَطْلُبُ الجَزاءَ عَلى صِدْقٍ هُوَ مُهْديهِ إلَيْكَ؟!  Mana mungkin engkau dapat menuntut imbalan atas suatu amal, padahal sebenarnya Dia-lah yang menyedekahkan amal itu padamu? Dan bagaimana pula engkau dapat meminta balasan pahala atas suatu ketulusan yang engkau lakukan, padahal Allah yang menghadiahkan ketulusan itu kepadamu?  قَوْمٌ تَسْبِقُ أنْوارُهُمْ أذْكارَهُمْ، وَقَوْمٌ تَسْبِقُ أذْكارُهُمْ أنْوارَهُمْ، وَقَوْمٌ تَتَساوى أذْكارُهُمْ وَأنْوارُهُمْ، وَقَوْمٌ لا أذْكارَ وَلا أنْوارَ.. نَعوذُ بِاللهِ مِنْ ذلِكَ.  Ada orang yang cahaya hatinya mendahului zikirnya. Ada orang yang zikirnya mendahului cahayanya. Ada pula orang yang cahayanya bersama dengan zikirnya. Dan ada pula orang yang tanpa zikir dan tanpa cahaya, dan kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian  ذاكِرٌ ذَكَرَ لِيَسْتَنيرَ قَلْبُهُ فَكانَ ذاكِراً، وَذاكِرٌ اسْتَنارَ قَلْبُهُ فَكانَ ذاكِراً، وَالَّذي اسْتَوَتْ أذْكارُهُ وَأنْوارُهُ فَبِذِكْرِهِ يُهْتَدى وَبِنورِهِ يُقْتَدى.  Ada orang yang berzikir agar hatinya semakin terang, dan ia adalah ahli zikir. Dan ada pula orang yang berzikir yang hatinya sudah terang, ia pun disebut ahli zikir. Sedangkan orang yang zikirnya bersamaan dengan cahayanya, maka dengan zikirnya itu ia mendapat petunjuk. Dan dengan cahayanya itu ia mengikuti  ما كانَ ظَاهِرُ ذِكرٍ إلا عَنْ باطِنِ شُهودٍ وَفِكْرٍ.  Tidaklah akan tampak zikir, kecuali yang timbul dari penyaksian batin dan proses perenungan  أشْهَدَكَ مِنْ قَبْلِ أنْ يَِسْتَشْهِدَكَ فَنَطَقَتْ بِإلهيَّتِهِ الظَّواهِرُ، وَتَحَقَّقَتْ بأَحَدِيَّتِهِ القُلْوبُ والسَّرائِرُ.  Allah membuatmu bersaksi (akan keagungan-Nya) sebelum memintamu bersaksi, hingga semua makhluk mengakui wujud ke-Tuhanan-Nya (uluhiyah), sementara semua hati serta relung batin menyadari akan keesaan-Nya.  أكْرَمَكَ اللهُ بِكراماتٍ ثَلاثٍ: جَعَلَكَ ذاكِراً لَهُ، وَلَوْلا فَضْلُهُ لَمْ تَكُنْ أهْلاً لِجَرَيانِ ذِكْرِهِ عَلَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكوراً بِهِ، إذْ حَقَّقَ نِسْبَتَهُ لَدَيْكَ، وَجَعَلَكَ مَذْكوراً عِنْدَهُ فَتَمَّمَ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ.  Allah menganugrahimu tiga kemuliaan, yaitu: Dia membuatmu ingat (zikir) kepada-Nya; kalaulah bukan karena karunia-Nya, engkau tidak pantas menjadi ahli zikir kepada-Nya. Dia membuatmu diingat oleh-Nya (mazkur), karena Dia sendiri yang menisbahkan zikir itu untukmu. Dan Dia juga membuatmu diingat di sisi-Nya, di mana Allah menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu.  رُبَّ عُمُرٍ اتَّسَعَتْ آمادُهُ وَقَلَّتْ أمْدادُهُ، وَرُبَّ عُمُرٍ قَليلَةٌ آمادُهُ كَثيرَةٌ أمْدادُهُ.  Kadang umur seseorang panjang masanya tapi sedikit manfaatnya. Dan ada pula umur yang pendek masanya, namun penuh dengan manfaat.  مَنْ بُورِكَ لَهُ في عُمُرِهِ أدْرَكَ في يَسيرٍ مِنَ الزَّمَنِ مِنْ مِنَنِ اللهِ تَعالى ما لا يَدْخُلُ تَحْتَ دَوائِرِ العِبارَةِ وَلا تَلْحَقُهُ الإشارَةِ.  Siapa yang diberkahi umurnya, maka dalam waktu singkat ia dapat meraih berbagai karunia Allah, sebuah karunia yang sulit diungkapkan melalui kata-kata, dan tidak terjangkau lewat isyarat.  الخِذْلانُ كُلُّ الخِذْلانِ أَنْ تَتَفَرَّغَ مِنْ الشَّواغِلِ ثُمَّ لا تَتَوَجَّهَ إلَيْهِ، وَتَقِلَّ عَوائِقُكَ ثُمَّ لا تَرْحَلَ إلَيْهِ.  Betapa mengecewakan apabila engkau terbatas dari kesibukan, namun tidak juga menghadap kepada-Nya. Dan apabila engkau sedang ada sedikit rintangan, tidak juga beranjak menuju-Nya.  الفِكْرَةُ سَيْرُ القَلْبِ في مَيادينِ الأَغْيارِ.  Fikir itu merupakan perjalanan hati dalam alam ciptaan Allah  الفِكْرَةُ سِراجُ القَلْبِ، فَإذا ذَهَبَتْ فَلا إضاءَةَ لَهُ.  Fikir adalah lentera hati, bila fikir itu padam, maka tak ada lagi cahaya di hati  الفِكْرَةُ فِكْرَتانِ: فِكْرَةُ تَصْديقٍ وَإيمانٍ، وَفِكْرَةُ شُهودٍ وَعِيانٍ. فَالأُولى لِأَرْبابِ الاعْتِبارِ، وَالثّانِيَةُ لِأَرْبابِ الشُّهودِ وَالاسْتِبْصارِ  Fikir itu ada dua macam: fikir yang timbul dari tashdiq (pembenaran) dan keimanan, dan fikir yang timbul dari penyaksian atau penglihatan. Yang pertama itu bagi ahli i’tibar, sedangkan yang kedua bagi kaum yang telah menyaksikan dan melihat dengan mata batin.

 Tujuan Perintah dan Larangan

   ما فاتَكَ مِنْ عُمُركَ لا عِوَضَ لَهُ، وَما حَصَلَ لَكَ مِنْهُ لا قيمَةَ لَهُ.  Bagian hidupmu yang telah berlalu tidak dapat tergantikan, dan apa yang engkau petik darinya tidak ternilai harganya  ما أحْبَبْتَ شَيئاً إلا كُنْتَ لَهُ عَبْداً، وَهُوَ لا يُحِبُّ أنْ تَكونَ لِغَيْرِهِ عَبْداً.  Tidaklah engkau mencintai sesuatu, selain engkau menjadi hambanya, dan Allah tidak suka apabila engkau menjadi hamba selain-Nya  لا تَنْفَعُهُ طاعَتُكَ وَلا تَضُرُّهُ مَعْصِيَتُكَ. وإنَّما أمَرَكَ بِهذِهِ وَنَهاكَ عَنْ هذِهِ لِما يَعودُ عَلَيْكَ.  Ketaatanmu tidaklah berguna bagi-Nya, dan kemaksiatan yang engkau lakukan pun juga tidak membahayakan-Nya. Dia menyuruh berbuat ini dan melarang berbuat itu adalah demi kepentingan dirimu sendiri.  لا يَزيدُ في عِزِّهِ إقْبالُ مَنْ أَقْبَلَ، وَلا يَنْقُصُ مِنْ عِزِّهِ إدْبارُ مَنْ أدْبَرَ.  Tidaklah bertambah kemulyaan Allah karena seseorang mendekat kepada-Nya, dan tidak berkurang kemuliaan-Nya karena seseorang menjauhi-Nya.  وُصولُكَ إلى اللهِ وُصولُكَ إلى العِلْمِ بِهِ، وَإلّا فَجَلَّ رَبُّنا أنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَيْءٌ أوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَيْءٍ.  Sampaimu (wushul) kepada Allah berarti sampaimu kepada ilmu tentang-Nya. Jika tidak demikian, maka Mahasuci Allah dari berkaitan dengan sesuatu, atau berkaitannya sesuatu dengan-Nya.  قُرْبُكَ مِنْهُ أنْ تَكونَ مُشاهِداً لِقُرْبِهِ، وَإلّا فَمِنْ أيْنَ أنْتَ وَوجودُ قُرْبِهِ؟!  Kedekatanmu dengan-Nya adalah kalau engkau merenungkan kedekatan-Nya kepadamu. Kalau tidak demikian, dari mana engkau tahu wujud kedekatan-Nya itu?  الحَقائِقُ تَرِدُ في حالِ التَّجَلّي مُجْمَلَةً، وَبَعْدَ الوَعيِ يَكونُ البَيانُ. (فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ. ثُمَّ إن عَلَيْنَا بَيَانَهُ(  Hakikat-hakikat batin itu muncul pada kondisi tajalli’ secara singkat, namun penjelasannya muncul setelah datang keterangan. “Apabila kami (Allah) telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sesungguhnya atas tanggungan kami-lah penjelasannya.” (Al-Qiyamah)  مَتى وَرَدَتِ الوارِداتُ الإلهيَّةُ إلَيْكَ هَدَمَتِ العَوائِدَ عَلَيْكَ، (إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا(  Apabila datang inspirasi ilahiyah kepadamu, maka itu akan menghancurkah kebiasaan-kebiasaanmu (Firman Allah): sesungguhnya raja-raja itu, ketika masuk kedalam suatu perkampungan, mereka tentu akan membinasakannya”  الوارِدُ يًأتي مِنْ حَضْرَةِ قَهّارٍ، لِأجْلِ ذلِكَ لا يُصادِمُهُ شَيْءٌ إلّا دَمَغَهُ (بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ(  Inspirasi qalbu (Al-warid) itu berasal dari hadirat Yang Mahakuasa. Siapa saja yang berhadapan dengan-Nya pasti akan dimusnahkan. (Firman Allah): sebenarnya kami melontarkan yang haq kepada yang batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap (al-Anbiyaa’:18)  كَيْفَ يَحْتَجِبُ الحَقُّ بِشَيْءٍ وَالَّذي يَحْتَجِبُ بِهِ هُوَ فيهِ ظاهِرٌ، وَمَوجودٌ حاضِرٌ.  Manamungkin Al-Haq (Allah) dapat terhalangi (terhijab) oleh sesuatu, padahal Dia Tampak, Maujud, dan Hadir dalam apa yang (dianggap) sebagai hijab itu  لا تَيأسْ مِنْ قَبولِ عَمَلٍ لَمْ تَجِدْ فيهِ وُجودَ الحُضورِ. فَرُبَّما قَبِلَ مِنَ العَمَلِ ما لَمْ تُدْرِكْ ثَمَرَتَهُ عاجِلاً.  Janganlah berputus asa atas tidak diterimanya suatu amal yang hatimu tidak hadir (saat melakukan amal itu). Boleh jadi Allah menerima suatu amalan, meskipun buahnya tidak dapat engkau petik (merasakan) ketika itu juga  لا تُزَكِّيَنَّ وارِداً لا تَعْلَمُ ثَمَرَتَهُ، فَليْسَ المُرادُ مِنَ السَّحابَةِ الإمْطارَ، وإنَّما المُرادُ مِنْها وُجودُ الإثْمارِ.  Janganlah engkau merasa senang karena datangnnya suatu warid yang buahnya belum engkau ketahui. Sebab, yang diharapkan dari gumpalan awan bukanlah akan turun hujan, melainkan tumbuhnya buah-buahan  لا تَطْلُبَنَّ بَقاءَ الوارِداتِ بَعْدَ أنْ بَسَطَتْ أنْوارَها وَأُوْدَعَتْ أسْرارَها، فَلَكَ في اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَيْءٍ، وَلَيْسَ يُغْنيكَ عَنْهُ شَيْءٌ.  Jangan sekali-kali menuntut kekalnya inspirasi qalbu (warid) setelah cahayanya melimpah kepadamu dam engkau mendapatkan rahasia-rahasianya. Cukuplah Allah untukmu dari segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu pun yang menggantikan kebutuhanmu kepada Allah  تَطَلُّعُكَ إلى بَقاءِ غَيْرِهِ دَليلٌ عَلى عَدَمِ وِجْدانِكَ لَهُ. وَاسْتيحاشُكَ لِفُقْدانِ ما سواهُ دَليلٌ عَلى عَدَمِ وُصْلَتِكَ بِهِ.  Keinginanmu akan tetapnya sesuatu selain Allah menunjukan bahwa engkau belum menemukan-Nya. Dan kegelisahanmu terhadap hilangnya sesuatu selain-Nya adalah bukti kalau engkau belum sampai kepada-Nya.  النَّعيمُ وإنْ تَنَوَّعَتْ مَظاهِرُهُ إنَّما هُوَ بِشُهودِهِ وَاقْتِرابِهِ. وَالعَذابٌ وَإنْ تَنَوَّعَتْ مَظاهِرُهُ إنَّما هُوَ لِوجودِ حِجابِهِ. فَسَبَبُ العَذابِ وُجودُ الحِجْابِ، وإتْمامُ النَّعيمِ بِالنَّظَرِ إلى وَجْهِ اللهِ الكَريمِ.  Kenikmatan sejati itu, kendati bermacam bentuknya, sesungguhnya hanyalah dengan menyaksikan dan mendekat kepada Allah. dan azab itu, walau beragam jenisnya, sesungguhnya hanyalah disebabkan adanya hijab (antara hamba) dengan-Nya. Jadi, sebab azab itu karena adanya hijab. Sedang sempurnanya nikmat adalah engkau memandang wajah Yang Mahamulia.  ما تجَدُهُ القُلوبُ مِنَ الهُمومِ وَالأحْزانِ فلِأَجْلِ ما مُنِعَتْهُ مِنْ وُجودِ العَيانِ.  Kalau hati masih merasa risau dan sedih, itu karena masih ada yang menghalangi pandangan batin terhadap Allah.  مِنْ تَمامِ النِّعْمَةِ عَلَيْكَ أنْ يَرْزُقَكَ ما يَكْفيكَ وَيَمْنَعَكَ ما يُطْغيكَ.  Diantara kesempurnaan nikmat Allah kepadamu adalah jika Dia memberimu rezeki yang dapat mencukupimu, dan mencegahmu dari apa yang membuatmu lepas kendali (sesat).  لِيَقِلَّ ما تَفْرَحُ بِهِ، يَقِلَّ ما تَحْزَنُ عَلَيْهِ.  Kala berkurang apa yang membuatmu senang, maka kuranglah pula apa yang engkau sedihkah  إنْ أرَدْتَ أنْ لا تُعْزَلَ فَلا تَتَولَّ وِلايَةً لا تَدومُ لَكَ.  Bila engkau tidak ingin tergeser, maka jangan memangku jabatmu (kedudukan) yang tidak abadi bagimu  إنْ رَغَّبَتْكَ البِداياتُ زَهَّدَتْكَ النِهاياتُ. إنْ دَعاكَ إلَيْها ظاهِرٌ نَهاكَ عَنْها باطِنٌ.  Jika dipermulaan membuatmu tertarik, maka kesudahannya akan membuatmu jemu. Jika secara lahir memikatmu, maka batinnya akan mencegahmu.  إنَّما جَعَلَها مَحَلَّا للأَغْيارِ وَمَعْدِناً لِوُجودِ الأكْدارِ تَزهيداً لَكَ فيها.  Allah sengaja menciptakan dunia ini sebagai tempat perubahan dan sumber kerusuhan, agar kalian merasa jemu di dunia  عَلِمَ أنَّكَ لا تَقْبَلُ النُّصْحَ المُجَرَّدَ، فَذَوَّقَكَ مِنْ ذَواقِها ما يُسَهِّلُ عَلَيْكَ وُجودَ فِراقِها.  Allah tahu bahwa engkau tidak akan menerima nasihat belaka, maka Dia memcicipkanmu citarasa dunia agar engkau mudah berpisah darinya (dunia).

Ilmu Manfaat

   العِلْمُ النّافِعُ هُوَ الَّذيِ يَنَبَسِطُ في الصَّدْرِ شُعاعُهُ ويُكَشَفُ بِهِ عَنِ القَلْبِ قِناعُهُ.  Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya memancar ke dalam dada, dan yang dengannya tersingkap selubung yang menutupi hati  خَيرُ عِلْمٍ ما كانَتِ الخَشيَةُ مَعَهُ.  Sebaik-baik ilmu adalah yang diiringi oleh rasa takut kepada Allah  العِلْمُ إنْ قارَنَتْهُ الخَشْيَةُ فَلَكَ، وَإلّا فَعَلَيْكَ.  Ilmu, apabila disertai dengan rasa takut (khasy-yah) kepada Allah, maka itu akan mendatangkan kebaikan bagimu. Dan bila tidak, maka itu akan merugikanmu  مَتى آلَمَكَ عَدَمُ إقْبالِ النّاسِ عَلَيْكَ أوْ تَوَجُهُهُمْ بِالذَّمِّ إلَيْكَ، فَارْجِعْ إلى عِلْمِ اللهِ فيكَ، فَإنْ كانَ لا يُقْنِعُكَ عِلْمُهُ فَمُصيبَتُكَ بِعَدَمِ قَناعَتِكَ بِعِلْمِهِ أشَدُّ مِنْ مُصيبَتِكَ بِوُجودِ الأذى مِنْهُمْ.  Kala engkau sakit hati karena orang-orang tidak menghiraukanmu, atau mereka acuh diikuti dengan tindakan mencelamu, maka kembalikanlah kepada ilmu Allah tentang dirimu. Apabila engkau masih belum puas dengan ilmu-Nya, maka derita yang menimpamu karena tidak puas dengan ilmu-Nya itu jauh lebih besar daripada derita yang menimpamu akibat celaan mereka  إنَّما أجْرى الأذى عَلى أيْديهِمْ كَيْ لا تَكونَ ساكنِاً إلَيْهِمْ. أرادَ أنْ يُزْعِجَكَ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ حَتى لا يَشْغَلَكَ عَنْهُ شَيْءٌ.  Allah sengaja menciptakan gangguan terhadapmu, supaya ngkau tidak menyerah tunduk pada mereka. Allah ingin membuatmu jemu terhadap sefala sesuatu, sehingga tidak ada lagi yang memalingkanmu dari-Nya.  إذا عَلِمْتَ أنَّ الشَّيْطانَ لا يَغْفُلُ عَنْكَ فَلا تَغْفُلْ أنْتَ عَمَّنْ ناصِيَتُكَ بِيَدِهِ.  Seandainya engkau tahu bahwa syaitan tidak pernah sekejap pun lupa kepadamu, maka jangan-lah sekejap pun engkau lupa kepada Allah yang nasibmu berada dalam kekuasaan-Nya.  جَعلَهُ لَكَ عَدّواً لِيَحُوشَكَ بِهِ إلَيْهِ، وَحَرَّكَ عَلَيْكَ النَّفْسَ لِيَدومَ إقْبالُكَ عَلَيْهِ.  Allah sengaja menjadikan syetan sebagai musuhmu, karena Dia ingin menuntunmu menuju kepada-Nya. Dan Allah menggerakkan hawa nafsumu, agar engkau senantiasa menghadap-Nya  مَنْ أثْبَتَ لِنَفْسِهِ تَواضُعاً فَهُوَ المُتَكَبِّرُ حَقّاً. إذْ لَيْسَ التَّواضُعُ إلّا عَنْ رِفْعَهٍ. فَمَتى أثْبَتَّ لِنَفِسَكَ تَواضُعاً فَأنْتَ المُتَكَبِّرُ حَقّاً.  Siapa yang merasa dirinya tawadhu’ (randah hati), berarti ia orang yang sombong (takabur). Sebab, anggapan diri tawadhu’ tidak akan muncul kecuali dari sikap tinggi hati. Maka, saat engkau menyandangkan keagungan (tinggi hati) itu pada dirimu, berarti engkau benar-benar orang yang sombong.  لَيْسَ المُتَواضِعُ الَّذي إذا تَواضَعَ رَأى أنَّهُ فَوْقَ ما صَنَعَ. وَلكِنَّ المُتَواضِعَ الَّذي إذا تَواضَعَ رَأى أنَّهُ دُونَ ما صَنَعَ.  Mutawadhi’ (orang yang tawadhu’) itu bukanlah seseorang yang tawadhu’ namun merasa dirinya lebih dari apa yang ia perbuat. Akan tetapi, orang tawadhu’ itu adalah yang meski ia tawadhu’ tapi merasa dirinya kurang dengan apa yang telah ia perbuat.  التَّواضُعُ الحَقيقيُّ هُوَ ما كانَ ناشِئاً عَنْ شُهودِ عَظَمَتِهِ وَتَجَلّي صِفَتِهِ.  Sikap tawadhu’ yang sejati timbul dari menyadari akan keagungan Allah dan sifat-sifat-Nya yang begitu nyata  لا يُخْرِجُكَ عَنِ الوَصْفِ إلا شُهودُ الوَصْفِ.  Tidak ada yang dapat melepaskanmu dari sifat burukmu, kecuali bila engkau menyadari sifat agung yang ada di sisi Allah  المُؤْمِنُ يَشْغَلُهُ الثَّناءُ عَلى اللهِ عَنْ أنْ يَكونَ لِنَفْسِهِ شاكِراً. وَتَشْغَلُهُ حُقوقُ اللهِ عَنْ أنْ يَكونَ لِحُظوظِهِ ذاكِراً.  Seorang mukmin itu suka menyibukkan diri menyanjung Allah, sehingga tidak sempat untuk memuji dirinya sendiri. Dan ia sibuk menunaikan kewajiban kepada Allah, sehingga ia lupa akan porsi untuk dirinya sendiri.  لَيْسَ المُحِبُّ الَّذي يَرْجو مِنْ مَحْبوبِهِ عِوَضاً أوْ يَطْلُبُ مِنهُ غَرَضاً، فَإنَّ المُحِبَّ مَنْ يَبْذُلُ لَكَ، لَيْسَ المُحِبُّ مَنْ تَبْذُلُ لَهُ.  Seorang pecinta bukanlah orang yang mengharapkan imbalan dari orang yang dicintainya, atau menuntut sesuatu dari kekasihnya itu. Tapi sejatinya, pecinta adalah orang yang bermurah hati memberi pada kekasihnya, bukan malah memperoleh sesuatu darinya  لَوْلا مَيادينُ النُّفوسِ ما تَحَقَّقَ سَيْرُ السّائِرينَ. إذْ لا مَسافَةَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ حَتى تَطْوِيَها رِحْلَتُكَ. وَلا قَطيعَةَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ حتى تَمْحُوَها وُصْلَتُكَ.  Kalaulah tidak ada tempat bagi nafsu, maka pasti tidak ada orang yang melakukan perjalanan menuju kepada Allah. sebab tanpa adanya nafsu itu, tak ada lagi jarak yang memisahkan antara engkau dengan Allah, dan juga tak ada lagi sekat yang harus dibuka antara engkau dan Allah.  جَعَلَكَ في العالَمِ المُتَوَسِّطِ بَينَ مُلْكِهِ وَمَلَكوتِهِ لِيُعَلِّمَكَ جَلالَةَ قَدْرِكَ بَيْنَ مَخْلوقاتِهِ، وَأنَّكَ جَوْهَرَةٌ تَنْطَوي عَلَيْكَ أصْدافُ مُكَوَّناتِهِ.  Allah menempatkanmu di alam pertengahan, diantara alam nyata (kerajaan-Nya) dan alam gaib (makhluk-Nya). Ini untuk membuatmu mengerti akan tingginya kedudukanmu di antara semua makhluk-Nya. Dan bahwa engkau adalah permata yang tersembunyi dalam alam raya ciptaan-Nya  إنَّما وَسِعَكَ الكَونُ مِنْ حَيْثُ جُثْمانِيَّتُكَ وَلَمْ يَسَعْكَ مِنْ حَيْثُ ثُبوتِ رُوحانيَّتِكَ.  Alam ini hanya memuaskan jasmanimu, tapi tidak memuaskan rohanimu  الكائِنُ في الكَونِ، وَلَمْ تُفْتَحْ لَهُ مَيادينُ الغُيوبِ، مَسْجونٌ بِمُحيطاتِهِ، وَمَحْصورٌ في هَيْكَلِ ذاتِهِ.  Mereka yang ada di alam ini ada yang belum terbuka alam gaib baginya, hingga mereka terkurung oleh kesenangan dunia (syahwat) yang ada di sekelilingnya, dan terpenjara dalam kerangka tubuhnya  أنْتَ مَعَ الأكْوانِ ما لَمْ تَشْهَدِ المُكَوِّنَ، فَإذا شَهِدْتَهُ كانَتِ الأكْوانُ مَعَكَ.  Engkau tetap terikat dengan alam materi, selama engkau belum menyaksikan Sang Pencipta alam itu. Namun, apabila engkau telah menyaksikan-Nya, maka alamlah yang akan mengikutimu.  لا يَلْزَمُ مِنْ ثُبوتِ الخُصوصِيَّةِ عَدَمُ وَصْفِ البَشَريَّةِ، إنَّما مَثَلُ الخُصوصِيَّةِ كإشْراقِ شَمْسِ النَّهارِ ظَهَرَتْ في الأُفُقِ وَلَيْسَتْ مِنْهُ. تارَةً تُشْرِقُ شُموسُ أوصْافِهِ عَلى لَيْلِ وُجودِكَ. وَتارَةً يَقْبِضُ ذلِكَ عَنْكَ فَيَرُدُّكَ إلى حُدودِكَ، فَالنَّهارُ لَيْسَ مِنْكَ وَإلَيْكَ، وَلكِنَّهُ وارِدٌ عَلَيْكَ.  Diperolehnya keistimewaan sifat kewalian (khususiyah) itu bukan berarti lalu hilang sifat kemanusiaannya. Sifat khususiyah tersebut laksana pancaran sinar matahari di siang hari. Ia tampak di cakrawala, namun bukan bagian darinya. Terkadang matahari (cahaya) dari sifat-sifat Allah menyinari malam wujudmu. Dan terkadang Allah menariknya darimu, lalu mengembalikanmu pada keterbatasanmu. Cahaya siang itu bukan berasal darimu dan bukan untukmu, namun ia menyinarimu. [epulrental@gmail.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar