Perkataan Ratib mempunyai banyak arti. Ratib yang dimaksudkan di sini berasal dari perkataan (rattaba) berarti mengaturkan atau menyusun. Ratib adalah sesuatu yang tersusun, teratur dengan rapinya. Seperti halnya shalat sunnah Rawatib (bentuk jamak dari ratib) adalah antara shalat-shalat sunnah yang diamalkan pada waktu-waktu yang tertentu oleh Nabi SAW.
Ratib dalam istilah tasawuf berarti suatu bentuk zikir yang disusun oleh seorang guru/mursyid tarekat atau seorang ulama arifbillah untuk dibaca pada waktu-waktu tertentu oleh seseorang atau secara berjamaah sesuai dengan susunan aturan yang telah ditentukan oleh penyusunnya. Ratib al-Hadad mengandung zikir yang diambil dari ayat-ayat suci Al-Quran, zikir Nabawiyah, tasbihaat (puji-pujian bagi Allah), dan doa-doa Rasulullah SAW yang terdapat didalam hadist shahih. Sumbangan yang amat besar bagi kepentingan dan kemaslahatan umat Islam oleh al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad ra. berupa susunan zikir-zikir tersebut didalam sebuah kitab kecil yang dikenal sebagai Ratib-ush-Shahir yang terkenal hingga sekarang dengan sebutan Ratib Al-Hadad. Ratib ini berupa kumpulan-kumpulan doa yang dasar, agar memudahkan kaum muslimin untuk membacanya karena hanya memakan waktu kurang lebih sekitar 15 menit. Kemudahan ini dikarenakan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad mengingat sunnah Rasul SAW agar tidak menyulitkan umat muslimin. Ratib ini biasa dibaca pada waktu-waktu yang tertentu (Sehabis Maghrib/Isya) sehari sekali, tetapi tidak menutup kemungkinan dibaca di lain waktu atau pada acara-acara tertentu (walimah, tahlilan, syukuran dsb).
Ratib ini merupakan wirid yang diterima murid dari syekh sebagai amalan ketika masuk kedalam thariqah (jalan menuju Allah SWT). Dengan membaca ratib ini sebagai wirid yang dilakukan terus menerus setiap hari akan mendapatkan pahala yang sangat besar. Jika seseorang ingin mencari Maghfirah Allah SWT, maka ia dianjurkan untuk membaca ratib ini. Jika seorang syekh telah membawa kita kedalam naungan Maulana Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad ra. (dengan membaca ratib ini) maka kita telah berhubungan langsung dengan datuknya, yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW.
Tujuan pelaksanaan dari ratib ini tidak keluar dari tujuan tarekat dan tasawuf pada umumnya, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan meminta bantuan serta pertolongan-NYA di dalam mengekang hawa nafsu, memohon maghfirah (ampunan)-NYA, memohon rahmat barokah-Nya di dalam agama, dunia dan akhirat dan memohon petunjuk taufik dan hidayah-Nya dalam rangka mencapai ridha Allah SWT .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar