Cari lampu penerangan hajat? klik disiniCari keripik pisang banten klik disini jajanan nikmat ADA di sini jajanan nikmat ADA di sini TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA KUMPULAN-HADITS-HADITS: Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah Al-Hadad (Shohibur/Penyusun Ratib)

Sekilas Biografi Al-Imam Abdullah Al-Hadad (Shohibur/Penyusun Ratib)


Nasab

Beliau adalah seorang Imam Al-Allamah Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al –Thawil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Faqih bin Abdurrahman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib suami Az-Zahra Fatimah Al-Batul binti Rasulullah Muhammad SAW.      

Orangtuanya

Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad, Ayah Syaikh Abdullah Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Lahir dan tumbuh di kota Tarim, Sayyid Alwy, sejak kecil berada di bawah suhan ibunya Syarifah Salwa, yang dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah dan wilayah. Bahkan Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad  sendiri banyak meriwayatkan kekeramatannya. Kakek Al-Haddad dari sisi ibunya ialah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba Alawy yang termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna. Suatu hari Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad mendatangi rumah Al-Arif Billah Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, pada waktu itu ia belum berkeluarga, lalu ia meminta Syaikh Ahmad Al-Habsy mendoakannya, lalu Syaikh Ahmad berkata kepadanya,” Anakmu adalah anakku, di antara mereka ada keberkahan”. Kemudian ia menikah dengan cucu Syaikh Ahmad Al-Habsy, Salma binti Idrus bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Al-Habib Idrus adalah saudara dari Al-Habib Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy. Yang mana Al-Habib Husein ini adalah kakek dari Al-Arifbillah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy (Mu’alif Simtud Durror).  Maka lahirlah dari pernikahan itu Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad. Ketika Syaikh Al-Hadad lahir ayahnya berujar, “Aku sebelumnya tidak mengerti makna tersirat yang ducapkan Syaikh Ahmad Al-Habsy terdahulu, setelah lahirnya Abdullah, aku baru mengerti, aku melihat pada dirinya tanda-tanda sinar Al-wilayah (kewalian)”.

Masa Kecil

Dari semenjak kecil begitu banyak perhatian yang beliau dapatkan dari Allah. Allah menjaga pandangan beliau dari segala apa yang diharamkan. Penglihatan lahiriah Beliau diambil oleh Allah dan diganti oleh penglihatan batin yang jauh yang lebih kuat dan berharga.  Yang mana hal itu merupakan salah satu pendorong beliau lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah menuntut ilmu agama. Pada umur 4 tahun beliau terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya buta. Cacat yang beliau derita telah membawa hikmah, beliau tidak bermain sebagaimana anak kecil sebayanya, beliau habiskan waktunya dengan menghapal Al-Quran, mujahaddah al-nafs (beribadah dengan tekun melawan hawa nafsu) dan mencari ilmu. Sungguh sangat mengherankan seakan-akan anak kecil ini tahu bahwa ia tidak dilahirkan untuk yang lain, tetapi untuk mengabdi kepada Allah SWT.

Guru-gurunya

          Hampir seluruh waktunya, beliau gunakan untuk bersimpuh di kaki para ulama besar pada masa itu. Beberapa diantara guru besar beliau adalah

1.     Al-Quthb Anfas Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Aththas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Asseqaff,

2.     Al-Allamah Al-Habib Aqil bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin Abdurrahman Asseqaff,

3.     Al-Allamah Al-Habib Abdurrahman bin Syekh Maula Aidid Ba’Alawy,

4.     Al-Allamah Al-Habib Sahl bin Ahmad Bahasan Al-Hudaily Ba’Alawy

5.     Al-Mukarramah Al-Habib Muhammad bin Alwy bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin Abdurrahman Asseqaff

6.     Syaikh Al-Habib Abu Bakar bin Imam Abdurrahman bin Ali bin Abu Bakar bin Syaikh Abdurrahman Asseqaff

7.     Sayyid Syaikhan bin Imam Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

8.     Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim

9.     Sayyidi Syaikh Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al-Arif Billah Ahmad bin Quthbil Aqthab Husein bin Syaikh Al-Quthb Al-Rabbani Abu Bakar bin Abdullah Al-Idrus

10.                        Syaikh Al-Faqih Al-Sufi Abdullah bin Ahmad Ba Alawy Al-Asqo

11.                        Sayyidi Syaikh Al-Imam Ahmad bin Muhammad Al-Qusyasyi

Para guru Al-Habib Al-Haddad sebenarnya sangat banyak, para guru yang tertera di atas itu menurut syarah bait-bait diwan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagaimana yang termaktub dalam Kitab Syarah Al-‘Ainiyyat.

Dakwahnya

Berkat ketekunan dan akhlakul karimah yang beliau miliki pada saat usia yang sangat dini, beliau dinobatkan oleh Allah dan guru-guru beliau sebagai da’i, yang menjadikan nama beliau harum di seluruh penjuru wilayah Hadhramaut dan mengundang datangnya para murid yang berminat besar dalam mencari ilmu. Mereka ini tidak datang hanya dari Hadhramaut tetapi juga datang dari luar Hadhramaut. Mereka datang dengan tujuan menimba ilmu, mendengar nasihat dan wejangan serta tabarukan (mencari berkah), memohon doa dari Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Di antara murid-murid senior Al-Habib Abdullah Al-Haddad  adalah putranya, Al-Habib Hasan bin Abdullah bin Alwy Al-Haddad, Al-Habib Ahmad bin Zein bin Alwy bin Ahmad bin Muhammad Al-Habsy, Al-Habib Ahmad bin Abdullah Ba-Faqih, Al-Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, dll.

          Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, mencetak generasi unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan kakek beliau, Rasullullah SAW, beliau juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat dan wejangan baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat) atau dalam bentuk syair sehingga banyak buku-buku beliau yang terbit dan dicetak, dipelajari dan diajarkan, dibaca dan dialihbahasakan, sehingga ilmu beliau benar-benar ilmu yang bermanfaat. Tidak lupa beliau juga menyusun wirid-wirid yang dipergunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan  bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat, salah satunya yang agung dan terkenal adalah Ratib ini. Ratib ini disusun oleh beliau dimalam Lailatul Qadar tahun 1071 H

          Beliau wafat hari Senin, malam Selasa, tanggal 7 Dhul-Qa’dah 1132 H, dalam usia ± 98 tahun. Beliau disemayamkan di pemakaman Zambal, di Kota Tarim. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau juga kita yang ditinggalkannya.

Tentang Al-Habib Abdullah Al-Haddad

          Al-Arifbillah Quthbil Anfas Al-Imam Habib Umar bin Abdurrahman Al-Athas ra. mengatakan,” Al-Habib Abdullah Al-Haddad ibarat pakaian yang dilipat dan baru dibuka di zaman ini, sebab beliau termasuk orang terdahulu, hanya saja ditunda kehidupan beliau demi kebahagiaan umat di zaman ini (abad 12 H)”.

          Al-Imam Arifbillah Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Idrus ra. mengatakan,” Sayyid Abdullah bin Alwy Al-Haddad adalah Sultan seluruh golongan Ba Alawy”.

          Al-Imam Arifbillah Muhammad bin Abdurrahman Madehej ra. mengatakan,” Mutiara ucapan Al-Habib Abdullah Al-Haddad merupakan obat bagi mereka yang mempunyai hati cemerlang sebab mutiara beliau segar dan baru, langsung dari Allah SWT. Di zaman sekarang ini kamu jangan tertipu dengan siapapun, walaupun kamu sudah melihat dia sudah memperlihatkan banyak melakukan amal ibadah dan menampakkan karomah, sesungguhnya orang zaman sekarang tidak mampu berbuat apa-apa jika mereka tidak berhubungan (kontak hati) dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebab Allah SWT telah menghibahkan kepada beliau banyak hal yang tidak mungkin dapat diukur.       

          Al-Imam Abdullah bin Ahmad Bafaqih ra. mengatakan,” Sejak kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad bila matahari mulai menyising, mencari beberapa mesjid yang ada di kota Tarim untuk sholat sunnah 100 hingga 200 rakaat kemudian berdoa dan sering membaca Yasin sambil menangis. Al-Habib Abdullah Al-Haddad telah mendapat anugrah (fath) dari Allah sejak masa kecilnya”.

          Sayyid Syaikh Al-Imam Khair Al-Diin Al-Dzarkali ra. menyebut Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai fadhillun min ahli Tarim (orang utama dari Kota Tarim).

     Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith ra. berkata,” Masa kecil Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah masa kecil yang unik. Uniknya semasa kecil beliau sudah mampu mendiskusikan masalah-masalah sufistik yang sulit seperti mengaji dan mengkaji pemikiran Syaikh Ibnu Al-Faridh, Ibnu Araby, Ibnu Athoilah dan kitab-kitab Al-Ghadzali. Beliau tumbuh dari fitrah yang asli dan sempurna dalam kemanusiaannya, wataknya dan kepribadiannya”.

          Al-Habib Hasan bin Alwy bin Awudh Bahsin ra. mengatakan, “ Bahwa Allah telah mengumpulkan pada diri Al-Habib Al-Haddad syarat-syarat Al-Quthbaniyyah “.

          Al-Habib Abu Bakar bin Said Al-Jufri ra. berkata tentang majelis Al-Habib Abdullah Al-Haddad sebagai majelis ilmu tanpa belajar (ilmun billa ta’alum) dan merupakan kebaikan secara menyeluruh. Dalam kesempatan yang lain beliau mengatakan,” Aku telah berkumpul dengan lebih dari 40 Waliyullah, tetapi aku tidak pernah menyaksikan yang seperti Al-Habib Abdullah Al-Haddad dan tidak ada pula yang mengunggulinya, beliau adalah Nafs Rahmani, bahwa Al-Habib Abdullah Al-Haddad adalah asal dan tiada segala sesuatu kecuali dari dirinya.

          Seorang guru Masjidil Haram dan Nabawi, Syaikh Syihab Ahmad al-Tanbakati ra. berkata, “Aku dulu sangat ber-ta’alluq (bergantung) kepada Sayyidi Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani. Kadang-kadang dia tampak di hadapan mataku. Akan tetapi setelah aku ber-intima’ (condong) kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad, maka aku tidak lagi melihatnya. Kejadian ini aku sampaikan kepada Al-Habib Abdullah Al-Haddad. Beliau berkata,’Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani di sisi kami bagaikan ayah. Bila yang satu ghaib(tidak terlihat), maka akan diganti dengan yang lainnya. Allah lebih mengetahui.’ Maka semenjak itu aku ber-ta’alluq kepadanya.”

          Al-Habib Ahmad bin Zain Al-Habsyi ra. seorang murid Al-Habib Abdullah Al-Haddad yang mendapat mandat besar dari beliau, menyatakan kekagumannya terhadap gurunya dengan mengatakan, ”Seandainya aku dan tuanku Al-Habib Abdullah Al-Haddad ziarah ke makam, kemudian beliau mengatakan kepada orang-orang yang mati untuk bangkit dari kuburnya, pasti mereka akan bangkit sebagai orang-orang hidup dengan izin Allah. Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana dia setiap hari telah mampu menghidupkan orang-orang yang bodoh dan lupa dengan cahaya ilmu dan nasihat. Beliau adalah lauatan ilmu pengetahuan yang tiada bertepi, yang sampai pada tingkatan Mujtahid dalam ilmu-ilmu Islam, Iman dan Ihsan. Beliau adalah mujaddid pada ilmu-ilmu tersebut bagi penghuni zaman ini.  ”

          Syaikh Abdurrahman Al-Baiti ra. pernah berziarah bersama Al-Habib Abdullah Al-Haddad ke makam Sayidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’Alawy, dalam hatinya terbetik sebuah pertanyaan ketika sedang berziarah, “Bila dalam sebuah majelis zikir para sufi hadir Al-Faqih Al-Muqaddam, Syaikh Abdurrahman Asseqaff, Syaikh Umar al-Mukhdor, Syaikh Abdullah Al-Idrus, Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, dan yang semisal setara dengan mereka, mana diantara mereka yang akan berada dibaris depan? Pada waktu itu guruku, Al-Habib Abdullah Al-Haddad, menyingkap apa yang ada dibenakku, kemudian dia mengatakan, ‘Saya adalah jalan keluar bagi mereka, dan tiada seseorang yang bisa masuk kepada mereka kecuali melaluiku.’ Setelah itu aku memahami bahwa beliau Al-Habib Abdullah Al-Haddad, adalah dari abad 2 H, yang diakhirkan kemunculannya oleh Allah SWT pada abad ini sebagai rahmat bagi penghuninya.”

          Al-Habib Ahmad bin Umar bin Semith ra. mengatakan, “Bahwa Allah memudahkan bagi pembaca karya-karya Al-Habib Abdullah Al-Haddad untuk mendapat pemahaman (futuh), dan berkah membaca karyanya Allah memudahkan segala urusannya agama, dunia dan akhirat, serta akan diberi ‘Afiat (kesejahteraan) yang sempurna dan besar kepadanya.”

          Al-Habib Thahir bin Umar Al-Hadad ra. mengatakan, “ Semoga Allah mencurahkan kebahagiaan dan kelapangan, serta rezeki yang halal, banyak dan memudahkannya, bagi mereka yang hendak membaca karya-karya Al-Quthb Aqthab wal Ghauts Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Haddad ra.”

          Al-Habib Umar bin Zain bin Semith ra. mengatakan bahwa seseorang bahwa seseorang yang hidup sezaman dengan Al-Habib Abdullah Al-Haddad ra., bermukim di Mekkah, sehari setelah Al-Habib Abdullah Al-Haddad wafat, ia memberitahukan kepada sejumlah orang bahwa semalam beliau ra. sudah wafat. Ketika ditanya darimana ia mengetahuinya, ia menjawab, “Tiap hari, siang dan malam, saya melihat beliau selalu datang bertawaf mengitari Ka’bah (padahal beliau berada di Tarim, Hadhramaut). Hari ini saya tidak melihatnya lagi, karena itulah saya mengetahui bahwa beliau sudah wafat.”

Mutiara Wasiat Al-Habib Abdullah bin Alwy Al-Hadad ra.

·        Tuntutlah ilmu dari orang-orang yang benar-benar mewarisi ilmu dari Rasulullah SAW, yang sanad isnadnya (silsilah ilmunya sampai Rasulullah) terpercaya karena menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap orang Islam baik laki-laki maupun perempuan. Barang siapa meninggalkannya ia akan berdosa. Karena tanpa ilmu agama, amal ibadah akan tertolak, tidak diterima oleh Allah SWT.

“Setiap orang yang beramal tanpa dibarengi dengan ilmu pengetahuan (tentang amalnya itu) maka amalan-amalannya tertolak dan tidak diterima.”

·        Tidak ada di zaman ini (abad 12 H) yang lebih mudah dan baik daripada Thariqah Ba’Alawy yang telah diakui oleh ulama Yaman dan disepakati oleh ulama Haramain (dua Tanah Haram – Mekkah Madinah).Thariqah Ba’Alawy (Alawiyah) adalah Thariqah Nabawiyah.

·        Thariqah Kepemimpinan adalah thariqah kami Ba’Alawy, dan ini thariqah spesial, dan yang dimaksud thariqah kepemimpinan adalah ikut dan tunduk serta pasrahnya seorang murid terhadap jejak langkah guru yang membimbing dan menuntunnya kejalan Allah, dengan menanggalkan sementara peran akal (rasio). Sesungguhnya akal tidak berperan didalamnya, sebab segala hal disini berdasarkan kasyf (penglihatan mata hati).

·        Ikut langkah-langkah ulama salaf (ulama terdahulu) akan membuahkan kebaikan yang amat besar, walaupun si pemikut bukan tergolong ahlil bathin. Tetapi jika ia serasikan langkahnya dengan ulama salaf, maka ia akan mendapatkan seperti apa yang didapat oleh mereka para salaf salihin.

·        Segala permasalahan yang ada itu berlandasakan kejujuran, ada pun orang yang biasa berbohong jika diibaratkan bangunan tidaklah jauh berbeda dengan bangunan diatas air.(lemah dan mudah runtuh).

·        Jika satu zaman itu rusak, maka wajiblah bagi mereka yang hidup di zaman itu, untuk mengikuti jejak langkah ulama salaf salihin. Jika tidak mampu menyamakan diri dengan mereka dalam setiap langkah, paling tidak hampir menyamai mereka, sebab setiap orang dalam kehidupan itu harus memiliki panutan (imam), sedang orang yang tidak memiliki panutan (Imam) maka panutannya adalah setan.

·        Telah sesat sekelompok orang sebab buku yang dibacanya, seseorang tidak akan menjadi alim besar kecuali dengan guru yang membimbing dan menuntunnya, bukan dengan buku yang dibacanya.

·        Penghuni kubur dari para Wali Allah berada di sisi Allah. Barang siapa tawajuh kepada mereka, maka mereka spontan datang membantunya.

·        Jika kamu melihat seorang dari Ba’Alawy berjalan diluar Thariqah Ba’Alawy maka sesungguhnya maka tiada yang menghalangi dirinya selain kelemahannya sendiri, dan kelemahan itu adakalanya dalam kondisi ekonomi atau hati.

·        Thoriqah Alawiyyah berdiri atas dasar kemuliaan dan ketakwaan kepada Allah SWT.

·        Barangsiapa yang menjalin hubungan  (kontak batin) dengan kami, maka kami berikan kepadanya segala perhatian kami, kami tidak pernah melepas dan meninggalkannya walaupun dia tinggal jauh dari tempat kami.

·        Tidak ada hak yang lebih besar kecuali haknya seorang guru. Ini wajib di pelihara oleh setiap orang Islam yang ingin selamat dunia akhirat. Sungguh pantas bila seorang guru yang mengajar, walau hanya satu huruf, diberi hadiah seribu dirham sebagai tanda hormat padanya. Sebab guru yang mengajarmu satu huruf yang kamu butuhkan dalam agama, dia ibarat bapakmu dalam agama.

·        Barangsiapa ingin anaknya menjadi orang alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqih. Dan memberi sedekah pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi alim, maka pasti diantara cucu keturunannya yang akan menjadi orang alim.

·        Seorang murid (pencari jalan menuju Allah) tidak boleh menyakiti hati gurunya karena belajar dan ilmunya tidak akan diberi berkah.

·        Adakalanya seseorang murid (pencari jalan menuju Allah) diuji dengan kemiskinan, kepapaan dan kesempitan dalam kehidupan. Maka hendaknya ia bersyukur kepada Allah SWT, disebabkan dengan hal tersebut diatas dan harus beranggapan berprasangka bahwa takdir/kehendak Allah menjadikan anda miskin, papa dan susah serta sempit sebagai sebesar-besarnya kenikmatan karena dunia adalah musuh Allah. Anda harus bersyukur, maka Allah akan mengangkat derajatnya sama dengan para nabi-Nya, para Auliya-Nya dan hamba-hamba yang shaleh.

·        Ketahuilah bahwa rizki itu telah ditentukan dan telah dibagikan oleh Allah SWT. Diantara hamba-hamba-Nya ada yang diluaskan rezekinya dan dilapangkan kehidupannya, dan dikurangkankan rizkinya menurut kebijaksanaan-Nya. Bersifatlah qona’ah (cukup) atas apa yang ditentukan Allah bagimu.

·        Awas dan waspadalah dengan panjang angan-angan dan harapan tentang kehidupan di dunia, karena dunia akan menariknya untuk mencintai dunia, dan anda akan terikat dengannya sehingga sukar untuk beribadat dan mengasingkan diri untuk menuju jalan akhirat.

·        Ada setengah manusia yang tabiatnya suka menganiaya orang, memandang rendah terhadapnya, atau suka mencela dan sebagainya. Jika anda tergolong orang terkena penganiayaan orang maka hendaklah anda bersabar jangan sekali-kali anda membalasnya. Disamping itu, hati anda harus benar-benar bersih dari dengki dan dendam terhadapnya, dan lebih utama lagi jika anda memaafkan orang yang menganiayamu, dan anda doakan supaya Allah memberi petunjuk kepadanya, dan itulah tanda-tanda akhlak serta tingkah laku para Shiddiqin (Orang yang Benar).

·        Berusahalah sekuat kemampuanmu dalam menghindari diri dari rasa takut dan butuh serta berharap hak terhadap manusia, karena hal tersebut anda akan dipandang oleh manusia tetapi dipandang hina dalam pandangan Allah SWT, karena orang mukmin itu mulia disisi Allah SWT, tiada takut pada siapapun selain Allah dan apa yang dicintai-Nya, dan tak pernah mengharapkan sesuatu selain Allah.

·        Awas! Jangan sekali-kali anda mentaati syaikh (guru) itu hanya lahiriah semata, karena ketahuilah bahwa syaikh itu dapat melihat ketaatanmu padanya, dibelakangnya anda membantah dan mendurhakai kerena sangkaanmu, anda sangka Allah tidak tahu kelakuanmu, sedangkan syaikhmu itu dekat dengan-Nya. Kalau anda begitu akan mendapatkan kecelakaan, kesempitan dan kebinasaan. Bukankah Allah berjanji kepada barang siapa Aku cintai maka penglihatannya adalah penglihatan-KU, pendengarannya adalah pendengaran-KU, mulutnya adalah mulut-KU, tangannya adalah tangan-KU dan kakinya adalah kaki-KU, barangsiapa memusuhinya atau menyakitinya, maka AKU dan para malaikatKU mengumandangkan perang terhadap dirinya. Jangan sekali-kali datang pada syaikh yang lain melainkan dengan izin syaikhmu.

·        Ketahuilah bahwa sesungguhnya syaikhmu sangat berat hati tentang apa-apa yang baik untukmu, dengan itu janganlah engkau menuduh dan menyangka bahwa dia menyimpan perasaan dengki dan cemburu terhadap dirimu, dan semoga dijauhkan oleh Allah. Karena kamu hanya memandang sesuatu hal dengan pandangan lahiriah belaka bukan pandangan bashirah (mata hati dengan Allah). Awas ! jangan coba-coba menuntut agar syaikhmu mengeluarkan kelebihannya. Karena jika syaikhmu seorang Ahlillaah (orang yang meyakinkan dirinya untuk mengabdi kepada Allah) kekasih Allah, maka ia adalah orang-orang yang teramat merahasiakan kebaikannya, menutupi rahasia-rahasia tentang dirinya, dan sangat jauh untuk menonjolkan dirinya dengan karamah-karamah atau perkara-perkara luar biasa kepada orang banyak meskipun ia amat kuasa dan mampu untuk melakukannya serta diizinkan oleh Allah untuk melahirkannya (memperlihatkan karamahnya).

·        Syaikh yang kamil (sempurna) ialah seorang syaikh yang selalu memberi faedah pada muridnya, dengan kesungguhan dalam perbuatan dan perkataanya, dia memelihara muridnya sewaktu dihadapannya maupun ketika berada jauh daripadanya. Sang Syaikh memelihara muridnya dengan getaran-getaran kalbunya dalam segala hal yang dikerjakan oleh muridnya. Maka paling sangat berbahaya jika Syaikhnya sudah berpaling dari si-murid. Dalam hal ini jika seluruh syaikh dan wali-NYA yang lain dari timur sampai ke barat dikumpulkan seluruhnya, untuk mengubah hati syaikhnya, niscaya sia-sia dan tidak akan berhasil, kecuali sang murid sendiri harus berusaha untuk mengubah hati syaikhnya dan minta maaf serta mendapat keridhoannya.

·        Jika anda menyimpan penuh ta’zhim (kepatuhan) dan penghormatan setinggi-tingginya terhadap syaikhmu, senantiasa menghargainya, percaya lahir dan batin bersedia mematuhi segala perintahnya, mencontoh akhlaknya, maka itulah tandanya anda sedang mewarisi rahasia-rahasia dari syaikhmu dari syaikhnya dari syaikhnya terus bersambung sampai dari Baginda Nabi Rasulullah SAW, atau sebagian dari rahasia-rahasia tersebut, dan ia terus akan hidup disisimu sesudah wafatnya syaikhmu, inilah anugrah yang terbesar dari Allah SWT yang dapat menghantarkan kita selamat & bahagia di dalam agama, dunia dan akhirat kelak.

·         Para orang sholeh itu setelah wafat hanya hilang jasadnya saja , pada hakikatnya masih hidup seperti sedia kala malah tambah tajam pandangan bashirahnya dan makin kuat tawajuhnya (menghadap) kepada Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

document.body.className = document.body.className.replace('loading', ''); }, 10);